24 Juli 2013

Butir-Butir Embun di Bening Hening Sunyi





 Oleh Frans Anggal



EMBUN 1

Kulihat dunia dalam sebutir embun
Menggantung di ujung kuncup dahlia
Datangnya di sunyi malam
Lenyapnya di riuh pagi
Terima kasih Tuhan
Kau celikkan mataku

Ende, 24 Februari 2012



EMBUN 2

Malam tadi kau lelap
Pagi ini kau kerlap
Siang nanti kau lenyap
Semuanya dalam senyap

Ende, 26 Januari 2013



EMBUN 3

Datangmu hanya sejenak
Hilangmu dalam sekejap
Tapi kau t’lah kabari kami
Bernas makna hidup sejati

Apa artinya berkanjang lama
Kalau hanya kerontangkan jiwa
Apa artinya serba berlimpah
Kalau karena mengisap darah

Singkat tak berarti laknat
Lama belum tentu berkat
Bergunalah seminggu tapi mekar
Percumalah sewindu tapi memar

Ende, 31 Januari 2013



MALAM

Ketika diam lebih berbicara
Buat apa lagi berkata-kata?
Beralihlah bumi
Dari bunyi ke sunyi

Ende, 4 Januari 2013



PAGI

Pagi datang lagi:
Sunyi itu pergi
Bunyi itu kembali
Ah, tidak!
Tiada yang pergi
Tiada yang kembali
Sunyi dan bunyi
Seamsal sejoli
Setia sampai mati
Buktinya dalam bakti:
Berbunyi dalam sunyi
Bersunyi dalam bunyi

Ende, 30 Oktober 2012



NYEPI

Sunyi itu embun hati
Sekilas datang lalu pergi
Tapi set’lah memberi arti

Dunia direkamnya bening
Diperlihatkannya hening
Utuh, meski dalam sebutir

Maka aku bersaksi lagi:
Sunyi itu ruang hati
Sajadah suci bersamadi

Bersyukurlah tanpa tutur
Bermadahlah tanpa kata
Selamat Nyepi, saudaraku!

Ende, 5 Maret 2011



Catatan: “Butir-Butir Embun di Bening Hening Sunyi” dimuat pada Harian Umum Flores Pos edisi Kamis, 4 April 2013, halaman 10.

Tidak ada komentar: