29 April 2011

Drama di DPRD Mabar

Surat Rekomendasi Dukung Tambang(?)

Oleh Frans Anggal

Sidang DPRD Manggarai Barat, Senin 18 April 2011, kisruh. Berawal dari rumor: pimpinan dewan telah buat rekomendasi dukung tambang. Padahal DPRD belum bersepakat untuk dukung atau tolak. Ketua DPRD Matheus Hamsi yang pimpin rapat tidak bersedia berikan klarifikasi, meski didesak anggota. Soal tambang akan dibahas kemudian, katanya. Sidang pun diskors dan akhirnya ditunda (Flores Pos Selasa 26 April 2011).

Sidang itu beragenda pembahasan jadwal dan agenda sidang DPRD Mabar masa sidang II tahun sidang 2011. Atas dasar agenda itu, Ketua DPRD Matheus Hamsi mengelak memberikan klarifikasi.

Ia benar. Sidang hari itu hanya omong tentang jadwal dan agenda sidang, bukan omong tentang tambang. Omong tambang, ada waktunya. Termasuk, soal ada tidaknya, benar tidaknya, sah tidaknya rekomendasi dukung tambang yang konon telah dibuat pimpinan dewan. Kapan ini dibahas? Itulah yang antara lain hendak disepakati dalam sidang hari itu. Sayang, sidang akhirnya ditunda.

Dengan penundaan itu, buyarlah semuanya. Sidang tidak hasilkan apa pun. Yang sudah diagendakan akhirnya gagal dibicarakan. Yang muncul tiba-tiba melalui interupsi juga tidak terverifikasi.

Seandainya Mateus Hamsi bersedia memberikan klarifikasi, sidang hari itu masih ada gunanya, meskipun melenceng dari agenda utama. Klarifikasi penting agar para wakil rakyat tidak berkanjang dalam rumor, tidak mengonsumsi rumor, dan tidak mengambil keputusan berdasarkan rumor. Karena itu, desakan agar Mateus Hamsi segera berikan klarifikasi tidak hanya rasional, tapi juga urgen.

Namun, Mateus Hamsi bergeming. Ia tidak bersedia memberikan klarifikasi. Ia mengikatkan diri sedemikian kuatnya pada agenda sidang yang sudah ditetapkan, sehingga hal lain yang tak teragendakan tidak ia ladeni, meskipun itu sangat penting dan urgen untuk segera disikapi. Sidang diperlakukannya penuh rigiditas, kekakuan. Jauh dari fleksibilitas, kelenturan.

Seandainya bom meledak di DPRD saat itu, mungkin Mateus Hamsi tetap bergeming dengan agenda sidangnya. Ledakan bom tidak akan dibahas. Pembahasannya, tunggu nanti, pada sidang berikut. Itu pun kalau sudah diagendakan. Kalau belum, ya, jangan harap. Ia cenderung memilih menunda sidang daripada bersidang dengan agenda dadakan.

Kita menghargai rigiditas itu. Mungkin itu salah satu wujud disiplin bersidang. Peserta harus tertib agenda, selain tertib waktu dan tertib tingkah laku. Namun, pada kasus di atas, persoalannya bukan itu. Rumor rekomendasi dukung tambang merupakan sebuah "interupsi" mengawali sidang, bukan sebuah "instruksi" menggantikan agenda sidang.

Karena itu, penolakan Mateus Hamsi memberikan klarifikasi dengan alasan taat agenda sidang tidaklah cukup berdasar. Patut dapat diduga, taat agenda sidang hanyalah dalih. Besar kemungkinan, rekomendasi dukung tambang benar ada, telah dibuat pimpinan dewan, secara diam-diam. Cara seperti ini jelas salah.

Mungkin karena menyadari kesalahan itulah, Mateus Hamsi kelabakan ketika interupsi tiba-tiba muncul. Ia tidak punya pilihan selain menghindar memberikan klarifikasi, termasuk sekadar untuk mengatakan ya atau tidak. Dalihnya: materi interupsi tidak sesuai dengan agenda sidang. Aha! Sebuah drama yang tidak lucu. Kedoknya langsung kelihatan. Drama konyol di DPRD Mabar.

“Bentara” FLORES POS, Rabu 27 April 2011

Tidak ada komentar: