Optimalkan Kembali Fungsi Pelabuah Ippi Ende
Oleh Frans Anggal
Pemilik KM Nusa Damai, kapal roro yang tenggalam di kolam labuh Pelabuhan Ippi Ende pada 2004, meminta Pemkab Ende memfasilitasi pihak ketiga mengevakuasi bangkai kapal tersebut. Pemilik menyerahkan bangkai kapal kepada pemkab. Ia tidak minta ganti rugi ataupun pembagian hasil evakuasi.
Demikian kata Sekda Yoseph Ansar Rera usai memimpin rapat koordinasi dengan pihak terkait di Ende, Selasa 29 Maret 2011 (Flores Pos Rabu 30 Maret 2011). Pemkab tak punya dana evakuasi, kata sekda. Biaya evakuasi ditanggung pihak ketiga, dan diperhtungkan dalam pembangian hasil evakuasi.
Mudah-mudahan kesepakatan segera terlaksana. Pilihlah mitra yang profesional. Tujuannya hanya satu. Pelabuhan Ippi segera berfungsi optimal.
KM Nusa Damai milik Sonny Pago tenggalam di kolam labuh Pelabuhan Ippi 26 September 2004. Enam bulan lagi, bangkai kapal itu genap 7 tahun di dasar laut. Entahlah, keruwetan model apa yang membuat bangkai kapal ini berlama-lama di sana.
Janet Steele, profesor jurnalisme dari George Washington University, Amerika Serikat, terheran-heran ketika kasus ini turut diangkat dalam diskusi media di Grand Wisata Hotel, Ende, Kamis 8 Juli 2010. Diskusi diselenggarakan Konsulat Jenderal Amerika Serikat Surabaya.
Menurut Janet Steele, ini berita besar. Laik dimuat di media internasional. Pikiran waras masyarakat internaisonal akan terganggu oleh "kejanggalan" kasus ini. Kapal tenggelam di kolam labuh, itu bukan peristiwa pertama di dunia. Tapi, bangkai kapal "dibiarkan" bertahun-tahun karam di kolam labuh pelabuhan vital sebuah daerah, yang berdampak pada terganggunya perkonomian daerah, sungguh sesuatu yang langka. Jangan-jangan hanya terjadi di Ende.
Usaha evakuasi, ada. Namun, selalu berujung gagal. Pertama, evakuasi oleh perusahaan salvage Bahtera Mulia SDN BHD dari Malaysia. Kedua, oleh PT Dira Salvage dari Jakarta. Keduanya disewa oleh Sonny Pago. Ketiga, evakuasi oleh Professional Diving Course (Prodic) dari Jakarta. Kempat, oleh PT Frans Burton Internasional Indonesia.
Apakah "pihak ketiga" yang akan digandeng pemkab akan menjadi "pihak terakhir" yang menyudahi semua kebuntuan selama hampir tujuh tahun ini? Mudah-mudahan. Lebih daripada berharap, kita menuntut, kali ini tak boleh gagal lagi. Pelabuhan Ippi harus segera berfungsi optimal.
Pelabuhan memiliki fungsi strategis dan vital bagi kelancaran sektor tranportasi, yang berimplikasi terhadap kemajuan sektor lainnya, terutama sektor ekonomi. Fungsi itu sangat terasa oleh 238.040 penduduk Kabupaten Ende ketika Pelabuhan Ippi belum lumpuh. Proses produksi dan distribusi barang dan penumpang terasa sangat lancar. Begitu pelabuhan ini lumpuh, hal sebaliknya terasa. Proses produksi dan distribusi barang dan penumpang lambat dan panjang. Dampak lanjutannya, harga barang dan jasa kian mahal.
Dapatkah "derita panjang" warisan bupati-wabup periode lalu ini segera berakhir di era Bupati Don Bosco M Wangge dan Wabup Achmad Mochdar?
Mengakhiri "derita penjang" mungkin sulit. Tapi mengatasi salah satu biang kerok "derita penjang" itu, Wangge-Mochdar harus bisa. Biang kerok itu adalah bangkai kapal KM Nusa Damai. Dan bangkai itu kini sudah simbolik menjadi bangkai politik. Kalau Wangge-Mochdar gagal mengevakuasi, masyarakat Ende akan bilang, "Ndoe, sama saja!"
“Bentara” FLORES POS, Kamis 31 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar