Rencana Penghematan Besar-besaran di Birokrasi
Oleh Frans Anggal
Bupati dan Wabup Ende yang baru Don Bosco M Wangge dan Achmad Mochdar akan melakukan penghematan besar-besaran di birokrasi. Sejalan dengan itu, akan dilakukan pula promosi dan mutasi pejabat.
Hemat besar-besaran, kenapa? Karena sudah lama boros besar-besaran. Boros besar-besaran, kenapa? Karena terlalu banyak yang dimakan dan begitu banyak yang ikut makan. Urus uang, makan uang. Urus proyek, makan proyek. Ada yang makan APBD. Makan perjalanan dinas. Makan perkara.
Benar-benar pesta makan, bukan korupsi. Kalau korupsi, mana koruptornya? Tak satu pun pejabat masuk penjara. Kasus korupsi seperti kencing manis saja. Putus-putus dan akhirnya stop dengan ramuan SP3, surat penghentian penyidikan perkara.
Ende tidak seperti Manggarai, daerahnya Bupati Rotok dan Wabup Deno. Di sana, petinggi DPRD, kepala dinas, dan lain-lain jadi penghuni rutan. Begitu burukkah Manggarai dibanding Ende? Tidak juga. Persoalannya mungkin ini: di Manggarai korupsi dibasmi, di Ende dipelihara.
Manggarai bisa begitu, apakah karena Rotok-Deno hebat? Tidak juga. Ini semata-mata karena kegigihan kejaksaan terutama kepalanya, Timbul Tamba. Seperti namanya itu: Timbul pekara, Tamba(h) tersangka. Jadilah Manggarai seolah-olah dipimpin para tersangka.
Sekarang Wangge-Mochdar menakhodai Ende. Duet ini mau berhemat besar-besaran di birokrasi. Bagus, tapi tidak cukup. Penghematan mesti disertai pembersihan. Wangge-Mochdar sudah menekadkan good governance. Klop. Birokrasi mesti mampu membersihkan diri sendiri. Karena itu, mutasi dan promosi pejabat harus turut diletakkan dalam konteks ini. Kalau yang dipromosikan maling juga, sama we’e.
Selanjutnya, hemat dan bersih saja tidak cukup. Birokrasi mesti ramping. Wangge-Mochdar sudah tekadkan perampingan. Cocok. Sebab, makin gemuk, makin rakus, tapi makin lamban. Bupati Simon Hayon di Flotim sudah membuktikan efektif, efisien, dan ekonomisnya perampingan birokrasi. Berkat perampingan, Flotim menghemat Rp6 miliar setahun. Dana ini digelontorkan ke desa untuk membangun infrastruktur vital seperti jalan raya dan air bersih.
Wangge-Mochdar sudah dalam paradigma seperti itu. Duet ini sudah tahu masalah pokok kabupatennya. Meningkatnya kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan, dan buruknya derajat kesehatan masyarakat. Ketiga masalah ini menyentuh langsung hajat hidup orang banyak. Karena itu, hemat, bersih, dan ramping harus juga langsung bisa mengatasi ketiga masalah ini. Kalau tidak, sama we’e. Cuma memindahkan tempat pesta. Bukan mengakhiri pesta. Yang makan, orang yang sama. Rakyat tetap hanya kebagian remah-remah.
“Bentara” FLORES POS, Sabtu 18 April 2009
1 komentar:
Terima kasih.
Saya salah satu perantau yang sangat menantikan hasil perombakan dan pembersihan birokrasi dari Wangge dan Mochdar (good governence). Bila perlu sebelum menduduki jabatan beliau-beliau harus melaporkan harta kekayaan terlehih dahulu.
Hmmmm mampu gak yach?
Semoga.
Posting Komentar