Untuk Bupati-Wabup Terlantik
Oleh Frans Anggal
Gubernur NTT Frans Lebu Raya menyampaikan pesan sederhana kepada bupati dan wabup Manggarai Barat terlantik, Agustinus Ch Dula dan Maximus Gasa alias GUSTI. Ia meminta GUSTI memenuhi semua janji politik yang telah mereka sampaikan pada saat kampanye pemilukada. Sebab, keduanya telah mendapat kepercayaan dari rakyat Manggarai Barat (Flores Pos Selasa 31 Agustus 2010).
Kata “janji” minimal punyai dua makna (KBBI). Bisa bermakna pernyataan kesediaan dan kesanggupan berbuat sesuatu. Bisa juga persetujuan antara dua pihak. Pada yang pertama, janji itu satu arah. Pada yang kedua, dua arah. Timbal balik. Karena itu, per-janji-an disinonimkan dengan ke-sepakat-an.
Pesan gubernur lebih mengarah ke makna pertama. Ini realistis. Janji dalam kampanye pemilukada biasanya satu arah. Dari cabup-cawabup kepada konstituen. Jarang dua arah. Karena itu pula, jarang terjadi kontrak politik. Janji kampanye jarang menjadi perjanjian atau kesepakatan.
Oleh sifat satu arah, persyaratan pemenuhan janji sangat sepihak. Bergantung pada komitmen pemberi janji. Dari penerima janji cukup diminta kepercayaan. Dalam konteks ini, dasar yang digunakan gubernur tepat. Ia minta GUSTI penuhi janji politik karena keduanya telah dapat kepercayaan dari rakyat.
GUSTI punya moto yang, selain sebagai janji, juga merupakan penyimpulan dari semua hal baik yang dijanjikan. “GUSTI Hadir Membawa Perubahan”. Dalam pengertian positif berarti pembaruan. Mencakup serempak baik perbaikan maupun peningkatan dan pemajuan.
Mungkinkah janji politik itu terwujud? Ya. Namun tidak mudah. Politik itu ruwet selain sulit. Max Weber, sosiolog Jerman awal abad 20, menggunakan metafor pengeboran. "Politik adalah pengeboran kayu keras yang sulit dan lama," katanya. “Politics is a strong and slow boring of hard boards.”
Kayu politik itu keras. Pengeborannya sulit dan lama. Karena, politik bukan semata perkara perseorangan. Bukan hanya kemauan baik GUSTI. Politik itu sistem, struktur, mekanisme, prosedur, dan budaya juga. Jadi, teras kayunya tebal berlapis-lapis. Tidak jarang, sebelum kayu ditembusi, banyak anak bor patah. Anak bor yang tembus adalah anak bor terakhir.
Untuk Manggarai Barat 2010-2015, GUSTI bukan satu-satunya anak bor. Masih ada DPRD dan lembaga lain di atas dan di bawahnya. Bagaimana mengebor bersama dan bergantian pada satu titik, tidaklah mudah. Ada kencederungan, tiap anak bor memilih titiknya sendiri, mendesing lalu patah, sementara kayunya tak jua tertembus. Dibutuhkan kemampuan piawai seorang konduktor yang tak hanya menguasai orkestrasi tapi juga ulet dan sabar memperbaiki, menuntun, dan melatih. Pengeboran yang sukses membutuhkan kerja sama dan waktu panjang.
Contoh tipikal diperlihatkan Abraham Lincoln ketika mengebor kayu keras perbudakan di AS. Sebagai presiden, ia terus-menerus mencari akal. Pendekatannya dijelaskan dengan baik oleh Garry Wills, kata R. William Liddle dalam kumpulan artikel Goenawan Mohamad dkk, Demokrasi dan Kekecewaan (2009). "Dengan tindakan-tindakan politik yang sangat hati-hati dan terjaga, Lincoln sedikit demi sedikit memaksa rakyatnya untuk mengambil langkah-langkah kecil untuk mengatasi masalah yang sebenarnya."
Mengambil langkah-langkah kecil untuk atasi masalah sebenarnya. Mengebor dengan sangat hati-hati dan terjaga. Itulah antara lain yang kita titipkan kepada GUSTI dalam memenuhi semua janji politiknya. Selamat mengebor Manggarai Barat!
“Bentara” FLORES POS, Rabu 1 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar