02 Mei 2011

Maria Anna Soe Plate

Kado dari PKD Indonesia

Oleh Frans Anggal

Maria Anna Soe Plate menjadi Ketua Umum DPP Partai Kasih Demokrasi Indonesia 2010-2015, setelah Menteri Hukum dan HAM mengeluarkan SK Pengesahan Susunan Kepengurusan DPP PKD Indonesia Periode 2010-2015 pada 26 April 2011 April 2011. Dasar penetapan, pertama, Munaslub Bali 7-9 Agustus 2010 yang antara lain non aktifkan ketua umum Stefanus Roy Rening. Kedua, keputusan PN Jakarta Timur yang berkekuatan hukum tetap (Flores Pos Jumat 29 April 2011).

Harian Umum Flores Pos menempatkan berita ini di halaman depan. Ada yang istimewa di sini. Maria Anna Soe Plate merupakan perempuan pertama NTT dan perempuan ketiga Indonesia yang saat ini menempati posisi ketua umum parpol, setelah Megawati Soekarnoputri (PDI Perjuangan) dan Amalia Yani (PPRN).

Yang menarik di sini, kelangkaannya. Bisa dihitung dengan jari jumlah perempuan NTT yang berkiprah di parpol. Belum banyak yang jadi anggota legislatif. Belum satu pun yang jadi bupati, walikota, gubenur. Khusus di parpol, belum ada yang jadi ketua di tingkat kabupatan dan provinsi. Dalam suasana seperti inilah, fenomena seorang Maria Anna Soe Plate menjadi istimewa.

Selain kelangkaannya, yang juga menarik adalah terobosan solutifnya. Sejak berdiri, PKD Indonesia dipimpin ketua umum lak-laki: Stefanus Roy Rening. Yang bersangkutan kemudian melanggar AD/ART partai. Maka ia dinonaktifkan. Dari kemelut ini mencuat kandidat pengganti. Bukan lagi laki-laki, tapi perempuan. Figur yang sejuk dan merangkul.

Selain terobosan solutifnya, yang tak kalah menarik adalah terobosan prospektifnya. Ini lebih berkenaan dengan citra partai ke depan, khususnya di mata publik di NTT. Masyarakat NTT, Flores khususnya, mengenal Roy Rening sebagai ketua tim pengacara PADMA Indonesia yang membela para terdakwa pembunuh Romo Faustin Sega Pr.

Sejauh diberitakan Flores Pos, ada yang kurang beres. Berita terakhir menyebutkan, Kapolres Ngada Moch Slamet akan membuat laporan polisi terhadap pemalsuan alat bukti yang dilakukan pengacara PADMA Indonesia dalam sidang banding putusan PN Bajawa terhadap terdakwa Theresia Tawa dan Anus Waja. Alat bukti dari ahli forensik Mun'im Idries telah dipalsukan di hadapan majelis hakim PT Kupang (Flores Pos Senin 21 Februari 2011).

Di sini, citra parpol dipertaruhkan. Kasus Romo Faustin tak ada kaitannya dengan PKD Indonesia. Tapi, kita tahu apa dampaknya bagi partai itu ketika ketua umumnya, dalam kapasitas sebagai pengacara, memilih membela para tersangka pembunuh imam. Artinya, memilih berada di kutub lain, untuk berhadapan dan melawan rasa keadilan dan rasa religius masyarakat Katolik di Flores.

Dalam kasus pemilukada Lembata pun, citra parpol dipertaruhkan. Menghadapi gugatan paket yang gugur, Roy Rening menjadi pengacara KPUD Lembata. Bayangkan: seorang ketua umum parpol menjadi pengacara KPUD dalam perkara di dalamnya parpolnya terlibat sebagai pengusung salah satu paket. Kepentingan apa dan kepentingan siapa yang diperjuangkannya?

Secara politik, semua langkah itu blunder bagi citra partai. Dalam suasana seperti inilah, penetapan Maria Anna Soe Plate menjadi Ketua Umum DPP merupakan hal terbaik bagi PKD Indonesia. Momennya berdekatan dengan Hari Kartini 21 April dan Perayaan Paska 24 April. Boleh dibilang, ini kado Hari Kartini dari PKD Indonesia: “Habis gelap, tebitlah terang!” Juga kado Paska: “Bangkit!”

"Bentara” FLORES POS, Senin 2 Mei 2011

Tidak ada komentar: