Pro Kontra Kedatangan Seorang Bintang Film Porno
Oleh Frans Anggal
Dunia hiburan Indonesia, khususnya perfilman, dibikin heboh. Maria Ozawa Miyabi, bintang film porno Jepang, akan datang kemari, main film komedi. Yang pro bilang, bagus, Miyabi bisa membawa Indonesia ke mata dunia. Yang kontra bilang, jangan. Mereka mendesak pemerintah melakukan pencekalan. Begitu warta Flores Pos Senin 28 September 2009.
Kenapa kedatangan Miyabi ditolak? Jawabannya mudah ditebak. Dia bintang film porno. Maka, dia dianggap sebagai ancaman bagi moralitas bangsa. Bangsa ini, konon, sangat religius. Tak ada tempat bagi yang begitu-begitu. Berani bikin begitu, risiko tanggung sendiri. Saking religiusnya, bangsa ini bisa menghalalkan darah. Bisa bunuh orang atas nama agama, bahkan atas nama Tuhan.
Di seberang yang lain .... Mochtar Lubis dalam ceramahnya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 6 April 1977, ‘menelanjangi’ bangsa ini habis-habisan. Dalam ceramahnya bertajuk “Situasi dan Kondisi Manusia Indonesia Kini”, ia beberkan ciri-ciri manusia Indonesia. Salah satu yang menonjol adalah ini: hipokritis alias munafik, berpura-pura, lain di muka lain di belakang.
“Di depan umum kita sangat mengecam penghidupan seks yang terbuka atau setengah-terbuka .... Tapi kita membuka tempat mandi uap dan tempat pijat, kita mengatur tempat-tempat prostitusi, melindunginya, menjamin keamanan sang prostitut maupun langganan dengan berbagai sistem resmi, setengah resmi, maupun cara swasta.
“Manusia Indonesia ... penuh dengan hipokrisi. Dalam lingkungannya dia pura-pura alim, akan tetapi begitu turun di Singapura atau Hongkong, atau Paris, New York dan Amsterdam, lantas loncat taksi cari nightclub, dan pesan cewek pada bellboy atau portir hotel. Dia ikut maki-maki korupsi tetapi dia sendiri seorang koruptor.”
Itu 32 tahun silam. Sekarang? Masih begitu. Beberapa tahun lalu, penyanyi Inul Daratista dikecam karena goyang ngebornya. Ia dianggap merusak moralitas bangsa. Siapa yang paling ngotot mengecam? Justru seseorang, penyanyi juga, yang beberapa saat kemudian terpergok oleh media di sebuah hotel, sedang sekamar dengan seorang wanita yang bukan muhrimnya.
Selain tetap munafik seperti 32 tahun lalu, Indonesia semakin legalistik dalam perkara seksualitas. Pornografi sendiri sudah diatur dalam KUHP dan UU lain. Aneh, bukannya mendesak penegakan hukum yang sudah ada itu, Indonesia bikin lagi UU baru: UU pornografi. Logika di balik UU ini adalah logika patriarkis. Logika yang menyudutkan dan mengorbankan perempuan.
UU ini menganggap moralitas bangsa dirusakkan oleh perempuan. Perempuan ditempatkan sebagai pihak bersalah, yang bertanggung jawab terhadap kejahatan seksual. Seksualitas dan tubuh perempuanlah penyebab pornografi. Karena itu, seksualitas dan tubuh mereka harus dibatasi. Dengan begitu, moralitas bangsa terjamin luhur.
Logika yang samalah yang ada di balik kecaman terhadap goyang ngebor Idul dan, kini, di baik penolakan terhadap kedatangan Miyabi. Yang datang ini memang bintang porno. Tapi ke sini ia bukan mau main film porno. Kenapa dilarang? Lagipula, dia belum datang, kita sudah berporno-porno dengan pikiran sendiri.
Lucu, kalau dalam pornopikir itu, kita jadi bintang porno juga. Lebih lucu, kalau kita yang menolak, ternyata pernah, gemar, dan keranjingan nonton film porno. Maka, Mochar Lubis benar: kita memang bangsa munafik.
“Bentara” FLORES POS, Selasa 29 September 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar