Menyambut Kunjungan Wapres Boediono
Oleh Frans Anggal
Wapres Boediono akan lakukan “Vote Komodo” di Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Mabar, 29 Desember 2010. Vote dilakukan setelah wapres selesaikan kunjungan ke Ende 28 Desember (Flores Pos Jumat 24 Desember 2010).
“Vote Komodo” merupakan aksi beri dukungan bagi Taman Nasional Komodo (TNK) dalam memperebutkan posisi sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Baru Dunia atau New Seven Wonders of Nature (N7WN) yang diselenggarakan Yayasan Internasional N7WN di Swiss.
Pada 21 Juli 2009 N7WN mengumumkan, TNK masuk salah satu dari 28 finalis yang berhak ke babak final setelah sisihkan 440 nominasi dari 220 negara. Kini posisi TNK semakin kuat. “Bahkan pekan lalu sempat berada pada posisi pertama,” kata Kabid Promosi Pariwisata Disparbud Provinsi NTT Ulbadus Gogi.
Kini pemerintah gencarkan sosialisasi. “Vote Komodo” oleh wapres merupakan salah satu bentuk proklamasi dukungan, promosi, dan persuasi. Mudah-mudahan mengalirlah dukungan dari seluruh Nusantara, terutama dari NTT, khususnya dari Flores, tempat Varanus komodoensis berhabitat asli.
Itu harapan. Bisa jadi kenyataan, bisa juga sekadar mimpi. Sebab, di NTT sendiri, khususnya di Flores, “Vote Komodo” nyaris tidak berbunyi. Paling-paling di Labuan Bajo. Pemkab dan masyarakat di Flores belum melihat TNK sebagai aset bersama. Otonomi daerah memperkuat kecenderungan pengaplingan Flores. Impian Flores sebagai satu entitas terasa makin jauh.
Contoh, pariwisata. Adakah “pariwisata Flores”? Dalam program, pidato, ada. Dalam kenyataan, tidak. Yang ada hanyalah “pariwisata Mabar di Flores” bukan “pariwisata Flores di Mabar”, hanyalah “pariwisata Ende di Flores” bukan “pariwisata Flores di Ende”. Pariwisata Flores belum menjadi sebuah entitas.
Karena itu, jangan kaget, di Flores, tempat komodo berhabitat asli, “Vote Komodo” belum menjadi gerakan bersama. Tiap pemkab sibuk urus daerahnya. Flores dibangun pakai kacamata kuda. Inilah yang antara lain menyebabkan Kapet Mbay, misalnya, perlahan pudar, untuk tidak mengatakannya lenyap.
Nasib TNK dan komodo khususnya kurang lebih seperti itu. Komodo belum dianggap dan diperlakukan sebagai milik Flores. Padahal, ini salah satu keunggulan Flores. Di dunia, habitat asli komodo hanya ada di TNK dan pesisir barat Flores. Ia reptil paling tua di dunia. Hidup sejak 50 juta tahun lalu. Ia satu dari sedikit ‘fosil hidup’ peninggalan zaman ketika manusia belum ada di bumi. Kemampuannya beradaptasi mengagumkan. Dulu nenek komodo berburu stegodon (gajah purba). Ketika stegodon punah, ia berganti mangsa. Kini, siput dan ikan pun ia makan. Adaptasi yang mencengangkan.
Flores sepertinya tidak sadari ini. Flores berkanjang dalam lelap. Dan baru tersentak kaget ketika tahun 2009 sebanyak 10 ekor Wae Wuul mau dipindahkan ke luar Flores. Kuatnya penolakan Flores menyebabkan rencana itu dibatalkan. Namun, Flores telah lama kecolongan. Era 1998-1999 sudah 26 komodo yang dibawa ke Jawa. Sebelum dan sesudahnya, entahlah.
Inilah anehnya Flores. Terlantarkan komodo. Saat komodo mau dibawa ke luar untuk diselamatkan, Flores menolak. Saat komodo mau dipromoskan jadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Baru Dunia, Flores tenang-tenang saja. Ah Flores, yang benar saja. Mudah-mudahan kedatangan Wapres Boediono menyadarkannya. Bangkitlah duhai Flores, promosdikan dirimu ke hadapan dunia!
“Bentara” FLORES POS, Senin 27 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar