Mendesak Ditata Lebih Baik
Oleh Frans Anggal
Warga Jalan Sam Ratulangi di kota Ende, Alex Joan Sine, menyurati Bupati Ende Don Bosco M Wangge, meminta agar drainase di kawasan permukimannya, Woloweku, yang longsor akibat banjir 22-23 Agustus 2010 segera diperbaiki. Dia juga meminta pemerintah mengganti biaya yang telah ia keluarkan untuk membangun drainase (Flores Pos Jumat 4 Maret 2011).
Surat Alex Joan bertanggal 22 Febaruari 2011. Ini menunjukkan, selama enam bulan sejak longsor drainase, pemkab tidak lakukan tindakan apa pun. Padahal longsoran itu membawa kerugian luar biasa bagi warga. Tanah milik Alex sendiri ikut longsor. Akibatnya, mobil, nakan pohon, beton molen,dan bahan bangunan miliknya terhanyut.
Sesaat setelah bencana, bupati bersama kadis PU meninjau lokasi. Pada saat itu bupati instruksikan kadis PU segera lakukan perbaikan drainase. “Akan tetapi sampai saat ini belum ada penanganan lebih lanjut dari dinas PU,” kata Alex. Akibatnya, kondisi kawasan Woloweku yang memang rawan bencana lonsor kini semakin parah.
Hal itu diakui Camat Ende Timur Damianus Frayalus, yang bersama Kadis PU Yos Mario Lanamana mendapat tembusan surat Alex. Saat ini Jalan Sam Ratulangi di Woloweku terancam putus total. Yang bisa lewat hanya sepeda motor dan kendaraan roda empat. Kendaraan roda enam dilarang.
Bayangkan! Enam bulan sejak longsor dranase, pemkab tidak lakukan apa pun. Pemkab abai dan lalai. Pembiaran itu kini membawa akibat lebih buruk. Sebuah ruas jalan penting dalam kota terancam putus total. Tidak ada dana? Ah, masa iya. Bikin apa saja selama enam bulan sejak longsor terjadi?
Dalam skop lebih luas, kasus ini menunjukkan satu hal. Kota Ende belum punya sistem drainase yang baik. Bupati berganti bupati, kota ini selalu bermasalah pada musim hujan. Longsor sana-sini. Got tersumbat. Air meluap. Jalan raya jadi kolam. Semua yang ‘tersembunyi’ rapi pun berserakan di jalan raya: sampah! Musim hujan adalah musim membongkar dan mempertontonkan semua yang busuk.
Kota Ende membutuhkan sistem drainase yang baik. Yakni, rangkaian bangunan air yang berfungsi mengurangi dan/atau membuang kelebihan air (banjir ) dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan tersebut dapat difungsikan optimal. Sistem drainase adalah rekayasa infrastruktur di suatu kawasan untuk menanggulangi genangan banjir (Suripin: 2004 ).
Melihat fungsinya itu, sistem drainase semestinya dirancang untuk menampung debit aliran yang normal, terutama pada musim hujan. Musim hujanlah tolok ukur baik tidaknya sistem drainase sebuah kota.
Ende itu “kota pasir”. Tanahnya mudah tergerus. Ia juga “kota miring”. Aliran banjirnya deras. Sistem drainase yang baik merupakan keharusan mendesak. Kalau tidak segera ditangani, Ende tetap dan akan semakin jadi “kota compang-camping” akibat longsoran dan “kota sampah” akibat tak ada atau mampatnya drainase.
Letak Kota Ende sangat strategis. Ia tepat di persimpangan jalan negara yang menghubungkan timur dan barat Pulau Flores. Dari segi transportasi darat, Ende berperan sebagai kota penghubung. Dalam statusnya sebagai ibu kota kabupaten, Ende berfungsi ganda, sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan, dan pusat perdagangan. Singkatnya, Ende adalah pusat pelayanan di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan pertahanan keamanan.
Masa iya, semua multi-fungsi ini dibiarkan rusak dan semakin buruk oleh sistem dranase kota yang jauh dari harapan. Juga, jauh dari janji saat kampanye.
“Bentara” FLORES POS, Senin 7 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar