01 Juni 2009

Riak Reaksi Mutasi Ende

Mutasi Besar-besaran di Tubuh Birokrasi

Oleh Frans Anggal

Wabup Ende Achmad Mochdar melantik 118 pejabat eselon IV, Sabtu 30 Mei 2009. Ada yang naik eselon, ada yang turun. Sebelumnya, Jumat 22 Mei 2009, Bupati Don Bosco M Wangge melantik pejabat eselon II dan III. Lima pejabat dijadikan staf ahli, 3 non-job, 3 turun eselon. Sekda Moh Iskandar Mberu pun diganti oleh Plt Sekda Bernadus Guru yang juga Asisten III Setda.

Mutasi besar bergelombang ini menuai beragam reaksi. Ada yang melalui SMS. Salah satunya berkomentar, “Saya sangat mendukung penataan birokrasi yang dilakukan oleh bupati Ende pada instansi. Sudah bagus. Tapi kenapa ketua dan stafnya yang ditempatkan di bappeda berprofesi dokter? Yang sebenarnya mereka bertugas melayani masyarakat. Kok lucu ya?”

Berbeda dengan pengirim SMS yang kebanyakan anonim, pembuat pernyataan pers jauh lebih berani, apalagi dia PNS. Mustaqim Mad Mberu. Sebelum mutasi, jabatannya Kabid Perhubungan Darat pada Dishubkominfo. Kini jabatan itu ditempati orang baru. Ia sendiri belum kebagian jabatan baru. Pangkatnya pun turun dari IIIb ke IVa. Mustaqim heran, ia tidak pernah melakukan perbuatan indisipliner sampai ‘layak’ mendapat ‘hukuman’ seperti ini. Ia sudah surati bupati, minta klarifikasi, sebelum mengambil langkah lain.

Riak reaksi yang wajar. llmu fisika mengenal istilah ‘kelembaman’ (inertia). Benda yang diam cenderung tetap diam sejauh tidak digerakkan. Benda yang bergerak cenderung tetap bergerak sejauh tidak didiamkan. Menggerakkan benda diam dan mendiamkan benda bergerak membutuhkan energi.

Dalam birokrasi, energi itu keberanian. Keberanian perlu karena struktur birokrasi pun cenderung lembam. Itulah ‘kelembaman struktur’ (inertia of the structure). Struktur birokrasi cenderung bertahan dan dipertahankan (status quo) oleh orang yang merasa sedang diuntungkan.

Mengubah kelembaman birokrasi membutuhkan keberanian pemimpin. Wangge-Mochdar miliki itu. Selain berani, keduanya relatif bersih. Kualifikasi inilah yang membuat mereka menang mutlak pilkada hanya dalam satu putaran. Keduanya dicitrakan sebagai pemimpin yang berani dan bersih. Dua kualifikasi ini dipercaya bisa mengubah Ende menjadi lebih baik.

Keberanian keduanya mengubah kelembaman birokrasi mulai terbukti. Yang dipertanyakan, apakah keduanya juga masih bersih, termasuk bersih dari jasa dan dendam politik, sehingga benar-benar menempatkan the right man on the right place? Kenapa kepala dan staf bappeda mesti dokter? Kenapa Mustaqim Mad Mberu ‘dibegitukan’? Apakah karena dia putra mantan sekda Iskandar Mberu, rival politik Wangge-Mochdar?

Riak reaksi itu wajar dan berguna kalau dipetik hikmahnya. Sejauh tidak menumbangkan pohon, badai sekalipun bermanfaat. Menggugurkan daun-daun kering agar pohon kembali hijau oleh tunas-tunas muda.

“Bentara” FLORES POS, Selasa 2 Juni 2009

Tidak ada komentar: