12 Juni 2009

Untuk Dua Kapolres Baru

Kapolres Ngada dan Kapolres Lembata

Oleh Frans Anggal

Dua kapolres di Flores-Lembata diganti. Kapolres Ngada dan kapolres Lembata. Di Ngada, Erdy Swaharyadi diganti Dadang Suhendar. Di Lembata, Geradus Bata Besu diganti Marthen Johanes.

Penggantian Swaharyadi berlangsung di tengah proses hukum kasus kematian Romo Faistin Sega Pr. Penggantian Bata Besu berjalan di tengah kabut kasus kematian Yoakim Langoday, Kabid Pengawasan Pengelolaan dan Pemasaran Dinas Perikanan Lembata.

Romo Faustin dan Langoday mati tidak wajar. Visum dan autopsi menunjukkan adanya tindak kekerasan. Kuat dugaan, keduanya korban pembunuhan berencana. Siapa pelakunya, apa motifnya, bagaimana modusnya, dan lain-lain, sedang dalam penyelidikan dan penyidikan (lidik) polisi.

Pada kasus Langoday, lidiknya lamban. Keluarga mendesak kasus ini diambil alih Polda NTT. Tersirat, mereka tidak mempercayai Bata Besu. Pada kasus Romo Faustin, tidak hanya lamban, lidiknya penuh rekayasa dan kebohongan. Atas desakan publik, Polda NTT mengambil alih penanganannya. Tersurat, publik tidak mempercayai Swaharyadi.

Kedua kapolres pun diganti. Diganti ‘setelah’ munculnya kedua kasus. Apakah berarti juga ‘karena’ kedua kasus? Ini yang tidak jelas. Di negeri penuh ketertutupan, mendapat jawaban saja sudah sulit, apalagi mendapat jawaban jujur. Jawaban selalu klise: mutasi itu wajar demi penyegaran dan promosi.

Bagi yang dikecewakan kapolres lama, wajar tidaknya penggantian itu tidak penting. Yang penting kapolresnya sudah diganti. Lebih penting, penggantian itu bermanfaat. Baik secara umum bagi kepentingan masyarakat maupun secara khusus bagi penyelesaian kasus yang sedang dikeluhkan masyarakat.

Apakah manfaat ini akan menyata di Lembata di bawah kapolres baru Marthen Johanes dan di Ngada di bawah Dadang Suhendar? Kita lihat saja. Test case awalnya sudah ada. Dua kasus itu. Kasus Langoday dan kasus Romo Faustin. Tentangnya, kedua kapolres sudah lontarkan janji. Apakah kita harus mempercayainya begitu saja?

Janji adalah utang. Utang itu bukan untuk dipercaya, tapi untuk dilunasi. Kepercayaan, kalaupun ada, hanyalah buah dari pelunasan. Ada pelunasan, ada kepercayaan. Makin cepat dan tepat pelunasan, makin besar pula kepercayaan. Begitu juga sebaliknya.

Karena itu, untuk kedua kapolres baru, pesan kita cuma ini: lunasi cepat dan tepat dua utang kasus yang dinggalkan pendahulumu. Ini utang besar karena menyangkut nyawa manusia. Ini utang besar karena menyedot perhatian publik. Ini juga utang besar karena mempertaruhkan reputasimu dan citra Polri. Selamat berkarya. Selamat memenuhi janji. Selamat melunasi utang.

“Bentara” FLORES POS, Sabtu 13 Juni 2009

Tidak ada komentar: