Kegiatan Amal Jelang Yubileum 75 Tahun
Oleh Frans Anggal
Menyongsong yubileum 75 tahun berdirinya 23 Maret 2010, Biara CIJ Ende lakukan berbagai kegiatan amal pada 16 paroki dalam wilayah Kevikepan Ende. Satu di antaranya pelayanan kesehatan gratis. Untuk apa aksi amal ini? Koordinator yubileum Suster Elina CIJ memberi jawaban.
Tujuan aksi ini, kata Suster Elina, berada bersama umat. Selama ini, suster CIJ berkarya dalam komunitas semata. Sekarang saatnya berkarya di luar komunitas. Mendekatkan diri dengan umat dan bersama mengambil bagian dalam karya hidup umat (Flores Pos Jumat 12 Februari 2010).
Berada bersama umat. Berkarya bersama umat. Sesungguhnya sudah dijalankan CIJ Ende, dari dulu, sejak 75 tahun silam. Kalau tidak berada dan berkarya bersama umat, mana mungkin mereka bisa sukses di bidang pendidikan dan kesehatan, misalnya, yang buahnya sangat dirasakan oleh umat selama ini? Kalau begitu, untuk apa lagi mereka beraksi amal dengan tujuan yang sebenarnya sudah mereka raih?
Memaknai yubileum 75 tahun, tentu. Mereka telah menerima banyak cinta dari Tuhan. Kini mereka hendak besyukur secara lebih istimewa. Tidak hanya di sekeliling meja altar biara. Tapi juga di sekeliling meja altar kehidupan umat. Tidak hanya dengan ’liturgia’. Tapi juga dengan ’diakonia’. Dengan begitu, cinta Tuhan yang mereka terima, mereka teruskan, mereka amalkasihkan kepada umat.
Pengamalkasihan itu tidak hanya dengan memberikan sesuatu kepada umat, tapi juga dengan mendatangi umat, mendekati umat, berada bersama umat, yang notabene hidup di luar tembok biara. Ada gerakan sentrifugal di sini. Mengumpar dari pusat menuju pinggiran.
Sudah semestinyalah gerakan itu gerakan CIJ, gerakan Serikat Pengikut Yesus. Yesus sendiri sudah kasih teladan. Ia bergerak dari pusat menuju pinggiran. Dari Yerusalem menuju Kalvari. Lebih daripada sekadar menuju pinggiran, Yesus peduli pada kaum pinggiran, memihak kaum pinggiran, dan mati sebagai orang pinggiran. Disalib.
Kegiatan amal CIJ Ende sudah pasti diletakkan dalam spiritualitas seperti ini. Spiritualitas yang puluhan tahun silam menggerakkan Paus Paulus VI. ”Gereja tidak puas hanya merenung tentang alamnya sendiri dan tentang hubungan dengan Tuhan. Gereja juga harus memikirkan orang-orang yang hidup dalam kenyataan masa kini,” katanya.
Tak hanya berkata. Paus Paulus VI juga bertindak. Ia menyuruh menjual tiaranya, mahkota bersusun tiga, lambang kekuasaannya. Hasilnya ia bagikan kepada orang miskin. Ia pun keluar dari tembok Vatikan, jadi paus pertama yang keliling dunia. Tahun 1964 ia hadiri Kongres Ekaristi di Bombay, India. Ia berikan komuni pertama kepada 20 anak kaum pinggiran. Juga makan bersama mereka. Anak-anak ini bahagia. Padahal, hidangannya cuma roti, kentang, dan teh.
Betapa bahagianya CIJ Ende kalau amal kasihnya membahagiakan kaum pinggiran. ”Kami merasa sangat terbantu dengan adanya pelayanan kesehatan gratis ini,” kata Donatus Remi, Ketua Lingkungan 14 Paroki Katedral Ende. ”Sebagai umat dengan pendapatan pas-pasan, dengan adanya kegiatan ini, saya senang. Karena biasanya kalau mau berobat di puskesmas ataupun dokter, pasti kami keluarkan uang,” kata seorang pasien Yustina Tiwe.
Mereka merasa dipedulikan, diperhatikan, dibantu. Betapa kegiatan amal ini bermakna mendalam. Tidak hanya bagi umat, kaum pinggiran. Tapi juga bagi CIJ sendiri. Dengan bergerak ke pinggiran, mereka justru semakin menuju pusat. Sebab, Sang Pusat, dari dahulu, berada di pinggiran. Maju terus, CIJ Ende!
“Bentara” FLORES POS, Selasa 16 Februari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar