Tema HUT Proklamasi 2010
Oleh Frans Anggal
Perayaan HUT Ke-65 Proklamasi Kemerdekaan RI berlalu. Namun, ada yang terbawa: sebuah kontroversi. Bukan dari perayaannya. Bukan pula dari temanya. Tapi dari pernyataan politikus Ruhut Sitompul, Ketua Divisi Komunikasi dan Informasi DPP Partai Demokrat. Dia bilang, UUD 1945 perlu diamandemen lagi: masa jabatan presiden tiga periode (Flores Pos Kamis 19 Agustus 2010).
Reaksi bermunculan. Tudingan pun diarahkan ke Partai Demokrat, partainya Presiden SBY. Ruhut dinilai sekadar peniup peluit bagi agenda besar ‘langgengkan’ kekuasaan SBY. Partai Demokrat menepis. Peluit Ruhut bukan cerminan konstelasi politik dalam partai. Karena itu, ia akan ditegur.
Mungkin kebetulan, tapi mungkin juga kebenaran. Peluit ‘presiden tiga periode’ sepertinya pas dengan tema perayaan tujuhbelasan: “Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Sukseskan Reformasi Gelombang Kedua, untuk Mewujudkan Kehidupan Berbangsa yang Makin Sejahtera, Makin Demokratis, dan Makin Berkeadilan”.
Formula tema ini sangat klise. Formulanya yang itu-itu saja sejak era Orde Baru. Rumusannya selalu sama: “Dengan Semangat …, Kita Sukseskan ….” Kalaupun ada variasi, kata “sukseskan” tinggal diganti dengan kata lain, tanpa mengubah formulanya. “Dengan Semangat …, Kita Tingkatkan ….”
Formula klise tak punya daya gugah. Ia seolah deretan kata yang terbaca tapi tak menyapa. Ia seakan rentetan bunyi yang terdengar tapi menghambar. Formula klise juga membosankan. Selain karena hanya peniruan atas yang sudah dirumuskan, ia produk anonimitas. Publik tidak tahu, datangnya dari siapa dan ditujukan kepada siapa. Karena anonimnya, apa pun tema perayaan kenegaraan tidak pernah bisa mengalahkan daya gugah selarik puisi. Berbeda dari formula anonim, puisi adalah produk personalitas.
Pada tema perayaan agustusan 2010, formula yang sudah klise itu memuat pula istilah yang kabur: “reformasi gelombang kedua”. Maksudnya apa? Kenapa “gelombang”? Kenapa pula “kedua”?
Dandim Ende Frans Tomas termasuk yang terusik. Via SMS 12 Agustus 2010, ia pertanyakan, “Reformasi gelombang pertama kapan dimulai? Lantas kalau ada, apakah sudah diselesaikan? Wah, jangan-jangan tahun depan ada gelombang ketiga.”
Pertanyaan kritis sang dandim seakan terjawab oleh peluit Ruhut Sitompul. Presiden tiga periode! Mungkin gelombang di sini gelombangnya SBY. Periode I pemerintahannya, itulah reformasi gelombang I. Periode II, sekarang ini, itulah reformasi gelombang II. Periode III, nanti, itulah reformasi gelombang III. Mungkin karena itu, jauh-jauh hari Ruhut bunyikan peluit ‘presiden tiga periode’.
Kalau ‘teori’ ini benar, pertanyaan sang dandim mudah dijawab. Reformasi gelombang I dimulai 2004 (koq bukan 1998?) ketika SBY mulai jadi presiden. Gelombang itu sudah diselesaikannya pada 2009. Tahun itu juga, saat ia awali masa jabatan periode II, reformasi gelombang II dimulai. Mungkin karena itu, tema perayaan tujubelasan 2010 mengajak “Kita Sukseskan Reformasi Gelombang Kedua”. Tahun 2011, masih reformasi gelombang II, belum reformasi gelombang III seperti ‘dicemaskan’ sang dandim. Gelombang III tunggu 2014, awal masa jabatan periode III. Untuk itu, UUD 1945 perlu diamandemen. Sehingga klop: presiden tiga periode. Luar bi(n)asa!
“Bentara” FLORES POS, Sabtu 21 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar