28 Juli 2010

Mafia Korupsi di Sikka

Kasus Pengadaan Pakaian Linmas 2008

Oleh Frans Anggal

Sejak mantan kasat Pol PP Sikka Emanuel Hurint di-tersangka-kan dan ditahan Polres Sikka dalam kasus dugaan korupsi pakaian linmas 2008, dua istilah mencuat: ”mafia korupsi” dan ”tumbal”. Menurut Ketua TPDI NTT Meridian Dewanta Dado dan anggota JPIC Keuskupan Maumere Jacob Herin, ini mafia korupsi. Emanuel Hurint tumbalnya (Flores Pos Selasa 27 Juli 2010).

Istri Emanuel Hurint, Maria Tolentina Daba, tidak gunakan dua istilah itu. Namun, dari kronologi yang ia beberkan, intinya sama. ”Suami saya bekerja di bawah tekanan. Pengadaan pakaian linmas ini selalu diintervensi oleh oknum-oknum pejabat.... Yang harus diproses dan ditahan adalah mantan bupati Alexander Longginus dan sekda Sabinus Nabu” (Flores Pos Sabtu 24 Juli 2010).

Mafia. Ini dunia para bandit. Salah satu yang paling tengik di dunia, Charles ’Lucky’ Luciano. Kisahnya ditulis bagus oleh H Benimo Umar, ”Pengakuan Seorang Raja Bandit” (dimuat serial majalah Zaman November-Desember 1983). Kisah nyata. Nama semua tokoh nama sebenarnya. Sebelum meninggal, Luciano berpesan kepada sahabatnya Martin Gosch agar pengakuannya tidak dipublikasikan sebelum semua sahabatnya meninggal.

Luciano kelahiran Sicilia, Italia. Hijrah ke AS dan jadi pendiri mafia di sana. Sejak 10 September 1931, ia diakui sebagai Capo di Tutti Capi (bahasa Italia), Boss of Bosses, kepala dari semua kepala mafia di AS. Malam jelang pengakuannya terkenal sebagai The Night of the Sicilian Vespers. Pada malam itu, 50 tokoh mafia di seluruh AS yang dianggap musuh Luciano dibunuh dalam waktu bersamaan. Dunia hitam AS dan Eropa gempar seperti terguncang gempa.

Dunia Luciano dunia uang. Diperoleh ilegal, lewat perdagangan gelap Whiskey. Untuk lancarkan bisnis, mereka bentuk jejaring ke mana-mana: eksekutif, legislatif, yudikatif. Dengan uang, mereka ikut berjasa golkan Franklin Delano Roosevelt jadi presiden. Dari lawan, mereka jadi kawan jaksa Thomas E Dewey, yang kemudian jadi Gubernur New York dan hampir saja jadi presiden. Dengan uang, mereka ikut lejitkan karier penyanyi legendaris Frank Sinarta. Dst, dst.

Dunia Luciano dunia darah. Kalau dengan uang mereka bisa rangkul, maka dengan senjata mereka bisa enyahkan siapa saja. Teror, sabotase, bunuh. Aparat negara tidak berkutik. Selain karena sudah disogok, mereka ciut nyali, mafia halalkan segala cara. Bahkan, itu tetap terjadi ketika Luciano sudah dijebloskan ke penjara oleh hakim McCook.

Suatu ketika, McCook temui Luciano di penjara. Ia peluk kaki Luciano dan menangis. ”Apa yang telah engkau lakukan padaku? Segera setelah aku jatuhkan vonis padamu, rumahku dibakar orang dan semua miliku yang berharga dimakan api. Tak lama kemudian, istri dan anak-anaku meninggal, satu menyusul yang lain. Apakah engaku telah jatuhkan kutukan Sicilia yang terkenal itu padaku? Tuan Luciano, saya mohon Anda cabut kutukan itu, dan saya akan berusaha bebaskan Anda kembali.” Luciano kemudian dibebaskan dan ’disembunyikan’ di Italia.

Bayangkan. Aparat takluk pada bandit! Negara pun disetir mafia. Di Indonesia? Sama. Presiden SBY menyebut adanya ”mafia hukum”. Ini pengakuan resmi, negara ini dirusak oleh mafia. Di Sikka? Juga sama. Meridian Dewanta Dado dan Jacob Herin menyebut adanya ”mafia korupsi” dalam kasus pakaian linmas. Di dalamnya, Emanuel Hurint jadi tumbal demi menyelamatkan Capo di Tutti Capi.

Benarkah begitu? Tidak perlu dijawab sekarang. Kita lihat dululah bagaimana kerjanya polisi, jaksa, hakim. Jawabannya ada di sana tuh.

“Bentara” FLORES POS, Kamis 29 Juli 2010

Tidak ada komentar: