Nasib TNK di Tangan Yayasan N7W
Oleh Frans Anggal
Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula menyurati presiden, menanggapi ancaman dicoretnya Taman Nasinal Komodo (TNK) dari jejeran 28 finalis vote tujuh keajiban baru dunia oleh penyelenggara vote, Yayasan New Seven Wonders (N7W) yang bermarkas di Swiss. Bupati mengharapkan solusi dari presiden (Flores Pos Senin 7 Februari 2011).
“Kami mengharapkan kebijakan Bapak Presiden Republik Indonesia untuk memberikan petunjuk dalam mengatasi dan menemukan solusi terbaik supaya komodo sebagai kebanggaan bangsa Indonesia tetap diikutseratakan sebagai finalis New 7 Wonders of Nature. Demikian bunyi surat bertanggal 2 Februari 2011 itu.
Yayasan N7W mengancam mencoret komodo dengan alasan tidak bersedianya Indonesia menjadi tuan rumah penentuan akhir, lantaran tingginya biaya yang dibebakan penyelenggara, Rp400 miliar. Dalam laporan resminya di situs www.new7wonders.com, N7W menyatakan Indonesia “melanggar komitmen hukum dan perjanjian resmi” yang telah disepakti sebelumnya.
Menanggapi ancaman ini, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero Wacik membuat pernyataan pers yang sangat tidak bijaksana. Selain menolak menjadi tuan rumah oleh karena beban biaya yang dinilai terlalu tinggi, Jero Wacik mencap Yayasan N7W sebagai LSM yang tidak jelas. Di mata Jero Wacik, komodo tidak jadi finalis tidak apa-apa, kunjungan wisatawan sudah naik 400 pesen koq.
Kita akui, biaya Rp400 miliar itu mahal. Namun, mahal bukan berarti mustahil dicapai. Negara ini punya kekuatan untuk menggerakkan secara sah berbagai sumber daya, guna menghimpun dana yang dibutuhkan. “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Membiarkan diri dikeluarkan dari arena vote, ketika kaki sudah menapaki etape terakhir lomba, hanya karena duit yang sesungguhnya bisa diupayakan, tentu sangatlah mengecewakan kita semua.
Sebagai kontestan, Indonesia telah mengeluarkan uang negara USD600 untuk mendaftar atas nama negara. Dari beberapa taman nasional yang diikutsertakan Indonesia, hanya TNK yang menembus tahap demi tahap seleksi, bersaing ketat dengan banyak kontestan dari negara-negara lain. Ini hasil dari vote masyarakat sebagai perjuangan bersama.
Komodo sudah berada di etape terakhir. Sebentar lagi ia masuk dalam New Seven Wonders of the Nature. Luar biasa. Sangat prestisius. Biaya Rp400 miliar itu tidak akan sia-sia. Jumlah itu akan kembali dalam bentuk yang lain, dan mungkin secara lebih berlimpah. Kunjungan wisatawan, yang sudah naik 400 pesen, akan terus menanjak. Ini benefit. Jangan hanya pelototi cost.
Yang patut disesalkan, selain menolak menjadi tuan rumah dengan mengeluh-kesahkan cost yang sesunggunya bisa diakali secara proaktif, kreatif, dan inovatif, Jero Wacik memberikan cap, labeling, yang tidak punya dasar bagi sebuah lembaga internasional.
Yayasan N7W bisa salah, iya. Tapi, perlu disadari, mereka bukan kaum manipulator, tukang rekayasa, muka duit, atau berkebiasaan serba-subjektif like and dislike. Mereka punya integritas dan kredibilitas. Mengingkari kenyataan ini hanya menjadi senjata makan tuan. Kecewa dengan beban biaya Rp400 miliar boleh-oleh saja. Tapi, sudilah jangan menyerang sebuah lembaga kredibel dengan argumentasi emosional, apalagi menjurus ke fitnah.
Dalam konteks ini, surat bupati Manggarai Barat ke presiden sangat tepat. Presiden perlu turun tangan, agar nasib TNK tidak hancur di tangan menteri yang bikin blunder di etape terakhir sebuah lomba.
“Bentara” FLORES POS, Selasa 8 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar