Oleh Frans Anggal
KWI dan PGI mengangkat tema perdamaian untuk pesan Natal 2008. Tema ini merujuk pada nasihat Rasul Paulus kepada jemaat Roma.
Paulus menasihati jemaatnya untuk hidup dalam damai dengan semua orang. Ia mengajak mereka untuk memberkati sesama, termasuk orang yang menganiaya mereka. Memberkati berarti memohon agar Allah melimpahkan kasih karunia, damai sejahtera, dan perlindungan. Nasihat ini menggemakan kembali ajaran Yesus: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.”
Agar jemaat dapat hidup damai dengan sesama, mereka diajak untuk bersukacita dengan orang yang besukacita dan menangis dengan orang yang menangis. Mereka juga dinasihati agar tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi melakukan apa yang baik bagi semua orang. “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan” (Rm. 12:21).
Ketika orang membalas kejahatan dengan kejahatan, sebenarnya orang itu telah dikalahkan oleh kejahatan. Siapa yang melakukan kejahatan, ia telah dikendalikan oleh kejahatan itu sendiri dan telah melakukan kejahatan yang ia lawan. Ketika orang mengalami perlakuan jahat dari orang lain, tidak perlu membenci pelakunya dan menolak berhubungan dengannya, tetapi tetap ramah terhadapnya, bahkan terbuka untuk menolongnya bila ia mengalami kesulitan.
Semangat yang diajarkan Rasul Paulus kepada jemaat Roma kiranya juga menjadi semangat umat Kristiani di Indonesia, yang hidup dalam masyarakat majemuk yang terus berubah.
Pertama, libatkan diri secara proaktif dalam berbagai upaya membangun masyarakat yang damai, memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan umum dalam mewujudkan Indonesia sebagai rumah bersama. Berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat perlu dihadapi secara bersama-sama dan diselesaikan dengan cara-cara dialog.
Kedua, ikut mengambil bagian secara sungguh-sungguh dalam usaha-usaha menciptakan persaudaraan sejati di antara anak-anak bangsa dengan membangun kehidupan bersama di komunitas masing-masing, serta peka dan tetap berusaha ramah terhadap lingkungan sekitar.
Ketiga, mengalahkan kejahatan dengan kebaikan dan jangan sampai dikalahkan oleh kejahatan. Kita perlu menyadari bahwa musuh kita bukanlah sesama warga, melainkan kejahatan yang bisa menggerakkan orang untuk berlaku jahat dan menyakiti sesama. Maka, marilah kita melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya agar tak ada ruang bagi kejahatan merajalela.
"Bentara" FLORES POS, Rabu 24 Desember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar