Oleh Frans Anggal
Masyarakat Kabupaten Ngada kecewa dengan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Daratei Mataloko. Mereka sudah menyerahkan tanah yang diidentifikasi sebagai lapangan panas bumi. Mereka menelan janji berulang-ulang. Konon, PLTPB ini akan segera diresmikan dan dimanfaatkan. Janji tinggal janji. Yang muncul kemudian bukan cahaya listrik, tapi semburan lumpur sumur MT1, sumur eksplorasi yang tidak digunakan.
Di tengah janji bertubi, masyarakat Ngada dibikin bangga dengan sumber daya alamnya. Di Flores bagian barat terdapat sedikitnya 11 potensi panas bumi yang telah dieksplorasi PLN. Namun, hanya PLTPB Mataloko yang mulai dieksploitasi oleh Direktorat Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
Proyek PLTPB ini dibangun 2004, menggunakan dana APBN Rp59 miliar. Kalau sudah jadi, kapasitas energi listriknya mencapai 2,5 mega watt (MW). Energi sebanyak ini akan mampu memenuhi kebutuhan listrik untuk 254 desa dan kelurahan. Saat itu, hanya 107 dari 142 desa dan kelurahan di Ngada yang menikmati listrik PLN. Rasio elektrifikasi di NTT sendiri sekitar 25,36 persen. PLTPB Daratei akan meningkatkannya dengan penambahan pelanggan baru 5-6 ribu rumah tangga.
Selain meningkatkan elektrifikasi, PLTB ini akan menghemat anggaran. Pengoperasiannya akan menghemat pengeluaran PLN Ngada dari pembelian BBM Rp5 miliar tiap bulan.
Semuanya itu seakan sudah di depan mata. Terlebih ketika Maret 2008 muncul berita, pembangunan PLTPB Daratei telah selesai. Uji coba sudah dilakukan dan hasilnya sangat memuaskan. Tinggal menunggu peresmian Mei dan PLTPB sudah bisa dioperasikan. Peresmiannya konon akan dilakukan sendiri oleh Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.
Mei 2008 berlalu. Kata “tinggal menunggu peresmian” juga berlalu. Dalihnya kali ini: ada sedikit permasalahan. Uap dan tekanan listriknya menurun sehingga tak mampu menggerakkan turbin yang telah didesain untuk kekuatan listrik 2,5 MW. Akibat penurunan itu, kekuatan listrik yang dimiliki hanya berkisar 1,5 MW. Karena itu, turbin harus didesain ulang agar bisa difungsikan. Juga masih menunggu hasil investigasi yang dilakukan oleh Kementerian ESDM.
Penuh janji. Belum kunjung terwujud. Awal 2009 muncullah semburan lumpur dari sumur MT1. Maka lengkaplah, PLTPB Daratei tidak hanya “proyek akan”, tapi juga “proyek bermasalah”. Kita patut pertanyakan soal penurunan uap dan tekanan listrik. Apakah benar terjadi penurunan? Ataukah tekanannya memang tidak mencukupi karena pengeborannya tidak mencapai kedalaman yang seharusnya? Uang habis, hasil kerja tidak optimal. Serba-rahasia pula. Proyek akan, proyek bermasalah, proyek misterius.
"Bentara" FLORES POS, Kamis 5 Februari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar