28 Maret 2009

Panas Bumi Mataloko (Kasus Semburan Lumpur Panas)

Oleh Frans Anggal

Salah satu sumur panas bumi Mataloko menyemburkan lumpur setinggi dua meter lebih. Dari tahun ke tahun diameter semburan semakin lebar. Demikian juga diameter lokasi semburan, kini sudah mencapai belasan meter. Menurut petugas geologi, semburan lumpur terjadi karena intensitas hujan yang tinggi. Lumpur itu berasal dari luar, dari banjir, bukan dari perut bumi. Sumur panas bumi Mataloko hanya mengeluarkan uap. Ini bedanya dengan sumur Lapindio yang mengeluarkan lumpur dari perut bumi.

Komentar Kabag Humas Setda Ngada John Nahak lain lagi. Semburan lumpur panas bumi Mataloko tidak membahayakan warga karena letak permukiman cukup jauh dan di ketinggian. Dampak dari uap sumur juga kecil, paling-paling cuma asap dan belerang yang membuat seng rumah warga tedekat cepat rusak.

Sumur ini merupakan salah satu dari beberapa sumur di lapangan panas bumi Mataloko dan merupakan sumur yang tidak digunakan atau sudah ditutup. Lapangan panas bumi Mataloko sendiri adalah satu di antara lapangan panas bumi di NTT yang dikembangkan untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Meski pengembangannya belum optimal, PLTP ini relatif membantu upaya elektrifikasi di tengah kenyataan harga listrik dari PLTD yang semakin mahal dengan meningkatnya biaya opersional dan turunnya efisiensi mesin. Panas bumi merupakan sumber energi alternatif yang murah dan relatif bersih yang dapat diharapkan untuk memenuhi kebutuhan listrik mengingat melimpahnya sumber energi tersebut di daerah ini.

Manfaatnya besar. Namun, ini hendaknya tidak membuat kita meremehkan dampak buruknya. Komentar Kabag Humas Setda Ngada John Nahak terkesan mengecil-ngecilkan persoalan. Peremehan seperti ini akan sangat merugikan masyarakat.

Patut diingat, setiap sumur panas bumi memiliki potensi bahaya geologi longsor dan letusan geotermal serta gas berbahaya. Gejalanya sudah tampak pada sumur panas bumi Mataloko. Dari tahun ke tahun diameter semburan sumur semakin lebar. Itu berarti sumurnya semakin lebar. Kalau sumur semakin lebar, longsor lebih mudah terjadi. Demikian juga dengan letusan geotermal. Tahun 2007 letusannya cukup besar. Bahaya lain adalah gas asam belerang yang keluar bersama uap. Buktinya ada. Seng rumah warga terdekat cepat rusak. Seng saja bisa bocor. Bagaimana dengan kesehatan warga dan lingkungan sekitar lokasi?

Semestinya pemerintah dan perusahaan menjelaskan secara transparan semua dampak buruk dari eksplorasi dan eksploitasi panas bumi ini untuk kemudian mencarikan jalan keluar terbaik yang saling menguntungkan. Masyarakat berhak atas lingkungan hidup yang aman, bersih, dan memadai bagi pencarian nafkah.

"Bentara" FLORES POS, Jumat 23 Januari 2009

Tidak ada komentar: