26 Maret 2009

Pemimpin Bervisi Bisnis

Oleh Frans Anggal

Ketua Ikatan Keluarga Manggarai Jakarta (Ikamada) Vinsen Siboe mengajak masyarakat Manggarai Timur memilih calon bupati yang memiliki visi bisnis. Pemimpin bervisi bisnis, katanya, lebih mampu meningkatkan kesejahtaraan masyarakat.

Vinsen Siboe benar. Lihatlah, dalam skop lebih luas, Cina, Korea, Taiwan, Malaysia, Thailand, Singapura, Meksiko, dan Brasil, sukses melakukan transformasi ekonomi sehingga melahirkan banyak perusahaan raksasa yang mampu menjadi lokomotif kemakmuran rakyat. Korea punya Samsung dan LG. Taiwan punya Acer.

Negara-negara itu dikemudi oleh pemimpin bervisi bisnis. Pemimpin yang mengedepankan pembangunan pranata ekonomi untuk kesejahtaraan rakyat. Politik tidak diterlantarkan. Demokrasi tidak diremehkan. Tetap diberi tempat, tapi proporsional, sehingga tidak sekadar gegap gempita namun rendah produktivitas. Demokrasinya jauh lebih beradab karena sekaligus mendorong negara berkompetisi dalam kancah global.

Contoh terkini yang layak disebut adalah pemimpin India, Manmohan Singh. Ia melanjutkan tradisi para pemimpin terdahulu yang memperlakukan ekonomi sebagai panglima. Alhasil, India menjadi salah satu negara yang produktif melahirkan perusahaan berkelas dunia. Perusahaan-perusahaan itulah yang kini menjadi lokomotif utama peningkatan kesejahtaraan rakyat India.

Pemimpin bervisi bisnis selalu berpikir jauh ke depan. Ia mempunyai rencana terstruktur dan berkelanjutan, tidak peduli siapa pun penggantinya kelak. Lihat yang terjadi di Meksiko, Brasil, Cina, Korea, dan kemudian India. Pucuk pimpinan negara sering berganti, namun cetak biru pembangunan negara tetap jelas dan terstruktur. Para pemimpin seakan digerakkan oleh visi negara yang menjadi kesepakatan antara rakyat dan pemimpin.

Di Indonesia? Cetak biru pembangunan negara menjadi kabur setiap kali pucuk pimpinan berganti. Pemimpin di negeri ini lebih mementingkan pencitraan diri dan pembangunan basis politik guna mempertahankan kekuasaan. Pembangunan pranata ekonomi diterlantarkan. Tak mengherankan, sepuluh tahun reformasi, kita berjalan di tempat, bahkan semakin terpuruk. Bayangkan, perusahaan-perusahaan besar di negeri ini yang diharapkan menjadi lokomotif, kini sudah dikuasasi oleh perusahaan-perusahaan asing dari Singapura dan Malaysia. Inilah nasib sebuah negara di tangan pemimpin yang tidak memiliki visi bisnis!

Kembali ke Manggarai Timur yang sebentar lagi pilkada. Ajakan Vinsen Siboe sangat tepat. Pilihlah calon bupati yang bervisi bisnis. Dunia sudah berubah. Kini, yang mengatur tatanan global adalah rezim bisnis, bukan rezim politik. Yang menyedihkan, masyarakat kita. Dalam kemiskinan, tetap saja terpukau oleh idiom politik.

"Bentara" FLORES POS, Jumat 10 Oktober 2008

Tidak ada komentar: