27 Maret 2009

Semoga Mereka Sadar (Nasib Petani Rumput Laut di Sikka)

Oleh Frans Anggal

Sekitar 90 persen dari 420 kepala keluarga petani rumput laut di Desa Kojadoi, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, meninggalkan budi daya rumput laut enam bulan terakhir. Mereka gagal panen. Diduga akibat penggunaan green tonic untuk merangsang pertumbuhan. Pada saat awal pemakaian pupuk kimia cair ini, panenan mereka melimpah. Lama-kelamaan menurun terus. Rumput laut mati tertutup lumut.

Dengan meninggalkan budi daya rumput laut, warga terpaksa kembali ke pekerjaan semula, sebagai nelayan. Ini mengkhawatirkan, karena bisa mengulang kebiasaan buruk yang telah mereka tinggalkan sejak 2004: mengebom ikan. Program Coremap (Coral Reef Rehabilitation and Management) boleh jadi harus dimulai lagi dari nol bila masalah ini tidak segera diatasi.

Coremap merupakan kegiatan pelestarian terumbu karang di wilayah perairan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ini proyek nasional dengan tugas utama mengubah kebiasaan nelayan mengebom ikan. Di Kabupaten Sikka, khususnya di Kojadoi, hasilnya luar biasa. Sejak 2004 seluruh nelayan beralih profesi menjadi petani rumput laut. Taraf hidup mereka meningkat. Terumbu karang pun luput dari pengeboman.

Kalau karena gagal panen, warga kekurangan pangan maka bantuan logistik perlu segera disalurkan. Penyuluhan agar mereka tidak mengulangi kebiasaan mengebom ikan perlu diintensifkan. Demikian pula penelitian tentang penyebab gagal panen tidak boleh ditunda-tunda guna menemukan secepatnya solusi yang tepat.

Ada dugaan penggunaan green tonic menjadi biang kerok. Boleh jadi benar. Tapi penelitian tetap harus dilakukan. Banyak faktor yang harus dikaji, seperti kualitas air laut, kecerahan, tinggi gelombang, suhu, salinitas, dan derajat keasaman.

Apa pun penyebab gagal panen, pemakain green tonic tidak dapat dibenarkan. Tahun 2007 Pemkab Sikka sudah melarang pembelian, penyimpanan, penampungan, pengangkutan, dan penjualan pupuk ini. Dasar larangan adalah surat Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Pupuk ini berbahaya. Logam berat yang dikandungnya merusak lingkungan dan membahayakan kesehatan. Hasil rumput laut pun cepat rusak.

Sayangnya, kurangnya sosialisasi dan lemahnya pengawasan mengakibatkan larangan ini menjadi seperti macan ompong. Petani rumput laut selalu mudah tergoda oleh hasil yang cepat dan melimpah dari pemakaian green tonic. Padahal, seperti pada pertanian darat, pemakaian pupuk kimia dalam jangka panjang selalu berakibat buruk pada lingkungan dan mutu produk.

Mudah-mudahan gagal panen ini menyadarkan petani rumput laut agar kembali ke budi daya yang benar: budi daya secara organik.

"Bentara" FLORES POS, Jumat 14 November 2008

Tidak ada komentar: