30 Maret 2009

Bukan Janji Tapi Bukti (?)

Slogan Kampanye Pemilu 2009

Oleh Frans Anggal

Ketua Dewan Pembina PKD Indonesia Johnny G Plate menyampaikan sesuatu yang menarik tentang “janji” dan “bukti” saat berkampanye terbuka di Lapangan Pancasila Ende, Selasa 24 Maret 2009. Di hadapan massa yang jumlahnya memecahkan rekor dalam pekan pertama masa kampanye, ia berkisah. Dalam perjalanan ke Ende ia melihat banyak poster dan spanduk berbunyi, “Bukan janji tapi bukti”.

Slogan itu sangat tepat, kata Johnny. Para empunya poster dan spanduk memang tidak membawa janji. Mereka membawa bukti. Bukti yang mereka bawa adalah: korupsi, kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, ketertinggalan, dan ketertindasan yang masih merajalela. Itu yang mereka bawa, karena itulah yang mereka punyai dan mereka hasilkan selama ini.

Komentar Johnny merupakan cara membangkitkan dan mengasah sikap kritis masyarakat. Kritis terhadap slogan. Kritis terhadap bahasa. Sebab, dengan bahasa, orang bisa mengungkapkan sesuatu. Tapi dengan bahasa pula orang dapat menyembunyikan sesuatu. Dengan bahasa, orang bisa menyiramkan pencerahan. Dengan bahasa pula, orang bisa menularkan pembodohan. Bahasa menunjukkan bangsa. Bahasa juga menunjukkan bangsat.

“Bukan janji tapi bukti” sesungguhnya adalah janji juga. “Bukti” di sini cuma sebuah kata, bukan bukti itu sendiri. Bukti sebagai kata ini masih akan dibuktikan secara empiris, nanti, ‘kalau saya terpilih’. Kalau begitu, apa bedanya dengan janji? Tidak ada! Kepalsuan slogan inilah yang dibongkar Johnny Plate.

Mengkitisi slogan dan membongkar kepalsuan slogan ala Johnny G Plate merupakan salah satu bentuk pendidikan pemilih (voter education). Masyarakat perlu dimerdekakan dari belenggu bahasa yang membodohkan. Ini satu langkah penting agar pemilih bisa menjadi cerdas.

Pemilih cerdas selalu mengapiti para kandidat. Apit (amati, pilih, ikuti, dan tagih). AMATI para calon, termasuk slogan yang mereka gunakan. Perhatikan rekam jejaknya. Apakah ia orang bersih? Motivasinya apa? Jangan-jangan ia caleg penceker, bukan pejuang aspirasi rakyat. Kalau dapat dipercaya, PILIH! Kalau sudah terpilih, IKUTI! Kawal kinerjanya di lembaga legislatif. Kita tak inginkan calo proyek seperti banyak anggota dewan selama ini. Selanjutnya, TAGIH semua yang ia janjikan semasa kampanye. Mungkin ia salah satu pengusung slogan aneh “Bukan janji tapi bukti”. Nah, sekarang tagih, mana buktinya?

Dengan kecerdasan seperti ini, kita berharap para pemilih memanfaatkan hak mutlaknya di bilik suara dengan penuh tanggung jawab. Waktu di dalam bilik suara itu hanya 5 menit, dampaknya sangat dahsyat untuk 5 tahun ke depan.

“Bentara” FLORES POS, Jumat 27 Maret 2009

Tidak ada komentar: