Oleh Frans Anggal
Hari-H pilkada Kabupaten Ende tinggal dua hari lagi. Ini pilkada langsung untuk pertama kalinya. Ada kebahagiaan, hari yang dinanti-nantikan itu akhirnya tiba. Ende akan segera memiliki pemimpin baru, pemimpin yang didambakan akan membawa perubahan.
Di balik kebahagiaan, terbersit kekhawatiran. Jangan-jangan banyak yang memilih golput alias tidak mau menggunakan hak pilih. Yang golput itu publik yang apatis, yang sudah tidak percaya lagi pada lembaga apa pun atau sosok politik mana pun untuk dapat memperbaiki keadaan. Jika jumlah mereka banyak, legitimasi kepemimpinan menjadi ringkih.
Untuk Ende, pada pilkada perdana ini, jumlah golput diperkirakan tidak terlalu banyak. Ditengarai, mayoritas rakyat percaya, melalui pilkada langsung, Ende akan berubah. Perubahan itu dibawa oleh pemimpin yang mereka percaya dan harus mereka menangkan. Dan kemenangannya hanya mungkin berkat partisipasi aktif para konstituen antara lain dengan menggunakan hak pilih.
Boleh dibilang, soal golput, tak usah terlalu dicemaskan. Yang harus dicemaskan justru yang bukan golput, yaitu mereka yang menggunakan hak pilih. Jangan-jangan, dalam menggunakan haknya, mereka justru salah pilih. Masyarakat bisa tidak cerdas dalam memilih pemimpinnya. Ini yang gawat.
Salah pilih bisa lahir karena beberapa hal. Pertama, karena politik uang. Wujudnya macam-macam: bagi-bagi uang, bagi-bagi sembako, makan bersama, serangan fajar, dll. Kedua, karena primordialisme sempit. Yang terpenting dari agama atau sukuku. Ketiga, karena pencitraan kandidat yang menyesatkan.
Kita berharap, dalam pilkada perdana ini, masyarakat Kabupaten Ende tidak akan salah pilih. Untuk itu, terhadap godaan politik uang, masyarakat Ende perlu tegas dalam prinsip, namun lentur dalam cara. Prinsip: suara tidak bisa dibeli. Cara: bila diberi uang atau sembako, ya terima. Tapi soal memilih, itu urusan hati nurani di bilik suara. Kalau mau lebih tegas, terima uangnya, tolak orangnya. Sebab, kandidat yang gunakan politik uang pasti juga mudah ditaklukkan dengan uang.
Sedangkan untuk menghindari salah pilih akibat pencitraan kandidat yang menyesatkan, masyarakat Ende perlu memeriksa rekam jejak para kandidat. Dengan memeriksa rekam jejak, masyarakat tidak mudah tertipu oleh jualan kecap nomor satu para kandidat saat kampanye. Dengan memeriksa rekam jejak, masyarakat juga tidak mudah ‘salah sangka’ atau ‘salah kira’ hanya karena isu.
Mudah-mudahan masyarakat Kabupaten Ende tidak sedang ‘salah sangka’ atau ‘salah kira’, sehingga tidak terperosok ke ‘salah pilih’. Salah pilih sama dengan gagal pilih. Pemilih yang gagal akan melahirkan pemerintah yang gagal.
"Bentara" FLORES POS, Sabtu 11 Oktober 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar