Oleh Frans Anggal
Narkoba masuk Manggarai. Pelaku ditangkap di Hotel Sindha Ruteng. Hasil tes urine di RS Bhayangkara Kupang menunjukkan pelaku benar-benar pengguna narkoba. Menurut hasil pemeriksaan laboratorium forensik Polda Denpasar, obat-obatan yang diduga sebagai narkoba itu positif jenis ganja.
Di dunia, perkembangan narkoba berawal sejak 2737 SM ketika Kaisar Cina, Shen Nung, menulis naskah farmasi Pen Tsao atau Ramuan Hebat. Salah satu ramuan diamakan delight giver (pemberi kesenangan) yang ditujukan untuk kesenangan, obat lemah badan, malaria, rematik, dan analgesik (anti rasa sakit). Pada 800 SM, di India ditemukan ramuan sejenis opium yang disebut the heavenly guide. Opium banyak pula ditemukan di Cina, Mesir, Turki, dan "segitiga emas" Kamboja, Vietnam, Thailand. Pada 1973 atau 2500 tahun kemudian ditemukan antara lain di India, Cina, dan Amerika Selatan sejenis obat (drug) yaitu marijuana atau ganja yang berasal dari tanaman Linneaeus canabis sativa. Jenis inilah yang masuk ke Manggarai sebagaimana terungkap dalam kasus narkoba tahun ini.
Kasus di Manggarai memperbanyak bukti bahwa saat ini narkoba telah meluas ke seluruh dunia dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan, terutama remaja. Perkembangannya dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor dari dalam diri: adanya minat, rasa ingin tahu, dan ketidakstabilan emosi. Dari luar diri: adanya gangguan psikososial keluarga, lemahnya penegakan hukum, dan lemahnya sistem sekolah. Komunikasi dan transportasi yang semakin lancar dan canggih memudahkannya merambah hingga ke pedalaman.
Pengguna terbanyak narkoba adalah remaja. Selain rentan secara psikologis, remaja sengaja dijadikan target utama pengedar. Tujuannya, untuk menyemai kesinambungan pasar. Remaja, terutama pelajar, merupakan calon pembeli potensial. Jika sudah kecanduan semasih sekolah, sampai kuliah pun bahkan hingga dewasa mereka akan tetap menjadi pemakai. Itu berarti terciptanya pasar yang berkesinambungan bagi bandar dan pengedar.
Ini sungguh malapetaka. Kehancuran generasi penerus sudah di pelupuk mata. Generasi penerus yang berkualitas adalah generasi yang tidak bodoh, tidak sakit, dan tidak miskin. Apabila salah satu saja dari ketiga syarat itu tidak dimiliki maka generasi itu hanya akan menjadi beban. Nah, narkoba justru menciptakan ketiga masalah itu sekaligus. Remaja sakit karena efek negatifnya. Dia bodoh karena selalu tidak sadar atau berada dalam dunia tidak riil. Dia juga miskin karena uangnya terkuras untuk membeli narkoba.
Narkoba sudah masuk Manggarai. Sudah saatnya kita semakin memperhatikan anak-anak kita yang kebetulan belum menjadi korbannya yang jumlahnya jauh lebih banyak. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Keluarga dan sekolah harus menjadi benteng.
"Bentara" FLORES POS, Jumat 3 Oktober 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar