Oleh Frans Anggal
JPIC keuskupan dan terekat religius di Flores dan Lembata menolak rencana dan proses eksploitasi pertambangan yang sedang dan akan dilaksanakan di Flores, Lembata, dan pulau-pulau sekitar. Alasannya: mayoritas warga di pulau-pulau ini petani dan nelayan yang sangat menggantungkan hidupnya pada tanah dan laut. Pertambangan hanya mendatangkan kerusakan lingkungan hidup baik di darat maupun di laut serta memiskinkan masyarakat kecil. Sikap ini ditegaskan para peserta semiloka yang diselenggarakan JPIC SVD Ende dan JPIC OFM Indonesia, di Detusoko, Ende, 6-9 November 2008.
Kita salut. Kaum religius kita tajam membaca tanda-tanda zaman. Mereka merasa terpanggil untuk menjalankan peran profetisnya. Melalui spiritualitas dan kharismanya, mereka memiliki komitmen pada rekonsiliasi dan pemulihan keselarasan. Hati mereka terbakar oleh etika kesejahteraan umum dan etika solidaritas terutama terhadap kaum yang menderita dan yang membutuhkan perhatian. Mereka memiliki jejaring kerja dan membangun komunikasi untuk menyampaikan pesan dan peringatan akan ancaman kerusakan lingkungan hidup yang pada gilirannya memelaratkan masyarakat.
Panggilan profetis seperti ini sebenarnya tidak eksklusif milik kaum religius. Ini panggilan bagi semua umat manusia. Allah sang pemilik dunia tidak saja mendesak kita untuk memperhatikan keadilan sosial, yakni relasi yang baik antar-masyarakat, tetapi juga keadilan ekologis, yang berarti relasi yang baik manusia dengan ciptaan lainnya dan dengan bumi sendiri.
Sekarang, ciptaan diakui sebagai satu komunitas makhluk ciptaan dalam kaitan relasi dengan yang lain dan dengan Allah. Keutuhan ciptaan adalah bagian esensial dari semua tradisi iman dan merupakan hal penting karena dengannya dialog, kerja sama, dan saling pengertian dapat dibangun.
Dokumen Kepausan yang secara khusus berbicara tentang lingkungan dan masalah-masalah pembangunan diberi judul “Berdamai dengan Allah Pencipta, Berdamai dengan Segenap Ciptaan” (1 Januari 1990). Dokumen ini menegaskan bahwa setiap orang Kristen mesti menyadari bahwa tugas mereka terhadap alam dan ciptaan merupakan bagian esensial dari iman mereka.
Kita salut, kaum religius Flores-Lembata menjadi yang terdepan dalam upaya ini. Mereka telah memulainya--sudah lama sebetulanya melalui hal-hal yang tidak segegap gempita tolak tambang. Kini suara mereka semakin lantang, aksi mereka semakin menguat, karena tambang yang mulai ramai masuk Flores-Lembata memiliki daya rusak yang luar biasa. Mari, kita berjuang bersama mereka.
"Bentara" FLORES POS, Selasa 11 November 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar