OLeh Frans Anggal
Selama Januari 2009, Kota Ende dilanda tiga kasus kebakaran. Kebakaran di Jalan Banteng melalap bekas Salon Avon. Kebakaran di Pantai Bitta melenyapkan sebuah tempat hiburan malam. Terakhir, kebakaran di Kelurahan Paupire menghanguskan tiga rumah warga.
Untuk Kota Ende, kebakaran beruntun seperti ini jarang terjadi. Entahlah ke depannya. Namun bila kita perhatikan kejadian pada banyak kota, kebakaran tidak semakin berkurang. Sebaliknya, kecenderungannya meningkat dalam jumlah, bobot, skala, dan dampak. Di DKI Jakarta saja, jantungnya Republik, hampir tiap hari terjadi kebakaran, dua sampai tiga kali kejadian.
Kenyataan seperti ini sudah cukup untuk menunjukkan betapa di negeri kita keselamatan (safety) belum sepenuhnya menjadi prioritas. Jangankan untuk rumah warga, untuk bisnis penerbangan yang adalah bisnis keselamatan, kita kedodoran. Pada 6 Juli 2007, Uni Eropa mengeluarkan larangan terbang terhadap maskapai penerbangan Indonesia karena Indonesia dinilai kurang memenuhi standar keselamatan penerbangan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civial Aviation Organization/ICAO).
Jujur saja, ditilik dari perkembangan peradaban yang semakin mementingkan keselamatan, negeri kita jauh tertinggal. Coba bandingkan Kota Ende saat ini dengan Kota Roma sebelum masehi dalam hal perlindungan warga terhadap bahaya kebakaran. Kota Roma yang kuno itu jauh lebih maju.
Pada masa pemerintahan Kaisar Agustus (Gaius Julius Caesar Octavianus) 27 SM sampai 12 Masehi, Roma mengembangkan semacam dinas kebakaran. Dinas ini mengorganisasi para budak dan warga negara dalam wadah yang bernama Satuan Jaga. Satuan ini merupakan organisasi pemadam kebakaran pertama di dunia yang dibentuk untuk melindungi manusia dari bahaya kebakaran. Tugas utamanya adalah melakukan patroli dan pengawasan 24 jam, terutama pada malam hari. Dalam perkembangan selanjutnya, setiap anggota satuan mempunyai tugas khusus bila terjadi kebakaran. Komandan pemadam kebakaran disebut praefectus vigilum yang memikul seluruh tanggung jawab satuan. Sedangkan quarstionarius (sekarang sama dengan polisi kebakaran) bertugas mengklarifikasi sebab-sebab kebakaran.
Kalau Kota Roma sebelum masehi sudah begitu amannya, bagaimana mungkin Kota Ende di abad 21 tidak bisa menjadi lebih baik? Kota Ende kecil tapi menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, hiburan, permukiman, dan pelayanan transportasi. Permukiman mulai padat dan di sana-sini tidak teratur. Kota ini rentan kebakaran. Sudah sangat mendesak, unit pemadam kebakarannya andal dan siaga 24 jam. Jangan jadi “pasukan terlambat”. PR untuk bupati baru dan DPRD yang akan terpilih.
"Bentara" FLORES POS, Jumat 30 Januari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar