Oleh Frans Anggal
Selama masa kampanye, FREN, GAUL, dan TULUS telah menebar pesona. Mereka bersaing merebut hati rakyat NTT tidak hanya melalui program, janji-janji, isu dan kontra-isu, tapi juga lewat klaim kemenangan.
Sebagai strategi persuasi merebut hati rakyat, klaim kemenangan selama masa kampanye dapat dimaklumi. Yang patut diwaspadai adalah klaim kemenangan yang dibawa-bawa ke masa tenang, ke hari pencoblosan, dan pasca-pencoblosan. Klaim seperti sudah menjadi bahasa lain dari sikap “pokoknya harus menang”. Bahaya dari sikap seperti ini adalah penghalalan segala cara demi pencapaian tujuan. Hal yang dikhawatirkan ini bukan tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu, pengawalan harus ketat dan dilakukan secara berjenjang.
Pada tiap jenjang perhitungan suara (mulai dari TPS hingga KPU provinsi) para saksi dan tim kandidat harus aktif memantau agar hasil yang dicapai dan dicatat masing-masing tim memuaskan sehingga mengurangi potensi konflik. Pihak KPU juga harus membuka kesempatan yang luas bagi partisipasi masyarakat dalam memonitor perhitungan suara pada setiap jenjang.
Ada beberapa hal yang harus dipantau dalam proses pengawalan suara rakyat pada setiap jenjang perhitungan suara (rekapitulasi). Pertama, selisih antara jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dengan jumlah pemilih yang terdapat dalam daftar pemilih tetap (DPT). Kedua, selisih jumlah kertas suara yang terkirim sebelum pencoblosan dengan kertas suara yang sudah tercoblos, termasuk kertas suara yang rusak atau batal. Ketiga, berita acara hasil perhitungan pada setiap jenjang perhitungan suara. Ketiga hal inilah yang dianggap paling krusial sehingga perlu mendapatkan perhatian dari semua orang/tim yang terlibat.
Dampak dari kelemahan pemantauan ketiga poin di atas akan menyebabkan perselisihan di kemudian hari, seperti munculnya tuduhan penggelembungan suara, atau tuduhan mobilisasi pemilih untuk kandidat tertentu, atau tuduhan ketidaknetralan KPU.
Kita berharap, dengan pengawalan berjenjang, proses pilgub langsung yang pertama ini berjalan lancar hingga saat pelantikan dan pengambilan sumpah gubernur dan wakil gubernur terpilih. Para kandidat FREN, GAUL, dan TULUS beserta tim dan massa pendukung diminta bermain fair. Klaim kemenangan saat kampanye hendaknya berhenti pada saat kampanye saja dan tidak dibawa-bawa ke masa tenang, ke hari pencoblosan, dan pasca-pencoblosan. Hilangkan sikap “pokonya harus menang”. Sikap seperti ini mengkhianati janji yang sudah diucapkan. FREN, GAUL, dan TULUS sudah berjanji: siap menang, siap kalah, siap damai, dan siap mendukung siapa pun pemenang.
"Bentara" FLORES POS, Kamis 12 Juni 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar