17 Maret 2009

Masih Seperti Oemar Bakri

Oleh Frans Anggal

Para guru di Manggarai dan Manggarai Timur ancam boikot UN/UAS kalau uang makan mereka tidak dibayar pemerintah. DPRD janjikan jawaban pada 12 Mei, sehari sebelum UN/UAS SD.

Boikot UN/UAS itu ancaman yang keliru. Tujuan tak boleh halalkan segala cara. Masih banyak cara lain. Di tempat lain, juga dalam perjuang yang sama, hasilnya bisa melegakan tanpa harus korbankan anak didik. UN/UAS, puncak kegiatan belajar mengajar. Kenapa mahkota ini harus dicampakkan?

Cuma ancamannya yang keliru. Inti perjuangannya benar. Perjuangan hak yang sudah punya dasar hukum. Lalu, mengapa hak para guru itu, khususnya yang bukan PNS pusat, tidak dibayar?

Pemerintah pusat berkelit. Karena fungsi pendidikan sudah dilimpahkan ke daerah maka tunjangan fungsional jadi beban APBD. Kalau begitu, hanya PNS pusat yang berhak atas tunjangan lauk-pauk. Sedangkan untuk PNS daerah tergantung dari kemampuan APBD. Kini giliran pemerintah daerah yang berkelit: dana APBD terbatas. Uang lauk-pauk tunggu dulu.

Padahal, Peraturan Menteri Keuangan No. 22/PMK.05/2007 katakan, semua PNS dapat uang makan Rp10 ribu per hari dihitung maksimal 22 hari kerja tiap bulan. Untuk pencairannya, sudah ada juklak: Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. 12/PB/2007. Tak satu pun pasal dalam peraturan ini yang sebutkan tunjangan itu hanya hak PNS pusat.

Aturan jalan lain, pelaksanaan jalan lain. Pemerintah tidak taat asas dan masih setengah hati dalam memajukan pendidikan. Konstitusi saja dilanggar. Amanat agar 20% APBN dan APBD untuk anggaran pendidikan tidak dipenuhi. Alasan klise, anggaran terbatas. Sementara, triliunan rupiah mengucur deras untuk bangun perkantoran megah dan biaya birokrasi gemuk yang rakus.

Kita impikan penyelenggara negara sebijak Kaisar Teino Heika dari Jepang. Setelah kota Nagasaki dan Hiroshima luluh lantak oleh bom atom Amerika Serikat dan sekutunya Agustus 1945, sang kaisar menggelar sidang yang dihadiri seluruh pembesar kerajaan. Apa ucapannya saat itu? “Kumpulkan semua guru yang masih hidup, karena negeri ini bisa bangkit kembali hanya dengan kekuatan mereka. Dengan pendidikan maka matahari akan kembali terbit menerangi dunia!" Dalam waktu tidak lebih dari empat dasawarsa, Jepang menjelma menjadi kekuatan baru dunia. Bukan dengan kekuatan senjata, melainkan dengan kekuatan pendidikan.

Kita merdeka bersamaan dengan kehancuran Jepang, Agustus 1945. Mengapa masih terpuruk? Kita abaikan pendidikan. Kita terlantarkan para guru. Nasib mereka masih seperti Oemar Bakri dalam lagu Iwan Fals. “Oemar Bakri banyak ciptakan menteri, profesor, dokter, insinyur, tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri.”

"Bentara" FLORES POS, Selasa 6 Mei 2008

Tidak ada komentar: