16 Maret 2009

Tidak Sebatas DOA

Oleh Frans Anggal

Sepuluh parpol di Kabupaten Ende mendeklarasikan koalisi dengan nama Koalisi Partai Bersama Membangun (KPBM). Koalisi ini secara resmi mengusung Don Bosco M Wangge dan Achmad Mochdar sebagai paket bupati dan wakil bupati Ende. Paket ini diberi nama DOA, akronim dari nama depan Don-Achmad.

Ditilik dari jumlah parpol, koalisi ini yang terbesar, meski perolehan suara dalam Pemilu 2004 ‘hanya’ 25.219 atau 19,98 persen. Kalau solid dan bekerja optimal, bukan tidak mungkin koalisi ini melahirkan sinergi, dengan jumlah suara berlipat-lipat dan persentase menanjak.

Pertanyaan kita: untuk apa koalisi sebesar KPBM dibangun? Jawaban yang mudah ditebak: untuk memenangkan pilkada dan menakhtakan DOA sebagai bupati dan wakil bupati Ende lima tahun ke depan. Cuma untuk itukah? Kalau iya, amat disayangkan. Tujuannya hanya sepanjang dan selebar kursi kepala daerah. Tujuan politik kekuasaan seperti ini hanya akan melahirkan koalisi parpol yang rapuh dan berumur pendek.

Di Indonesia belum ada cerita tentang koalisi parpol jangka panjang. Semuanya jangka pendek, sependek kursi kekuasaan. Watak paling khas dari dunia parpol kita adalah tak ada yang abadi dalam berkoalisi. Ketika arah angin menguntungkan, di situlah partai bekerja sama. Ketika tidak menguntungkan, masing-masing cari selamat.

Dalam hal membangun koalisi jangka panjang, kita perlu belajar dari negeri jiran Malaysia. Di sana ada koalisi parpol bernama Barisan Nasional (BN). BN terdiri dari tiga partai besar yaitu UMNO (United Malay National Organization, partainya orang Melayu), MCA (Malaysian Chinese Association, partainya orang Tionghoa), MIC (Malaysian Indian Association, partainya orang India), dan beberapa parpol lain lebih kecil. Tiga partai besar ini bersedia berkoalisi karena menyadari bahwa kemajuan Malaysia sangat bergantung pada kesediaan mereka menyatukan langkah dengan maksud tidak saling menjegal yang bisa mengganggu tujuan nasional Malaysia.

Jadi, tujuannya adalah tujuan nasional, demi kepentingan bangsa dan negara. Berkoalisi demi terciptanya kehidupan politik yang stabil. Sebab, hanya dengan stabilitas politik maka berbagai program pembangunan kesejahteraan rakyat akan bisa dilaksanakan. Untuk NTT umumnya dan Ende khususnya yang mengidap penyakit kronis kemiskinan dan korupsi, koalisi parpol tidak cukup hanya berhenti pada platform pergantian kepemimpinan. Platform koalisi harus merupakan platform “memberantas kemiskinan” dan “melawan korupsi”, siapa pun yang memenangkan pilkada.

Kita berharap deklarasi KPBM yang berlangsung meriah tidak sebatas pada tekad memenangkan paket DOA. Menang atau kalah, KPBM mesti tetap menjadi Koalisi Partai Bersama Membangun. Membangun berarti memberantas kemiskinan dan melawan korupsi.

"Bentara" FLORES POS, Selasa 29 April 2008

Tidak ada komentar: