Oleh Frans Anggal
Warga Desa Liang Dara, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Mabar, takut menebang hutan sembarangan. Sebab, warga saling mengawasi setelah ada kesepakatan desa. Siapa pun yang keluar masuk hutan negara dilaporkan ke desa dan seterusnya diproses secara hukum. Flores Pos Senin 26 Februari 2007 melaporkan, hal ini terjadi karena ada gerakan yang dibangun lembaga swadaya masyarakat Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines). Yakines selalu mendampingi warga, termasuk untuk menaati kesepakatan-kesepakatan dalam menjaga lingkungan sekitar terutama hutan alami.
Apa yang terjadi di Liang Dara merupakan kisah sukses di tengah permasalahan kehutanan di Mabar. Seperti kata Kadis Kehutanan Edward, meski sosialisasi telah banyak dilakukan, namun kesadaran warga untuk menjaga hutan belum begitu tampak. Masih banyak warga yang keluar masuk hutan lindung atau hutan negara untuk menebang kayu. Malah ada yang nekat membuka kebun di dalamnya. Edward mengimpikan masyarakat menjadi polisi bagi diri sendiri dalam mengawasi dan menjaga keutuhan hutan.
Mimpi Edward mulai menjelma di Liang Dara meski belum pada tahap ideal. Adanya kesepakatan di tingkat desa sudah merupakan langkah maju, bahwa siapa pun yang keluar masuk hutan negara dilaporkan ke desa dan seterusnya diproses secara hukum. Kesepakatan ini melahirkan rasa takut pada diri warga masyarakat. Apalagi warga saling mengawasi untuk mengamankan kesepakatan yang telah dibuat.
Betapatpun kesepakatan Liang Dara telah cukup efektif mengamankan hutan, tetap saja yang diimpikan Edward belum menjadi kenyataan. Warga takut menebang hutan karena diawasi oleh sesamanya. Yang menjadi polisi adalah sesamanya, bukan dirinya sendiri. Edward mengimpikan setiap warga masyarakat menjadi polisi bagi diri sendiri. Kalau setiap warga menjadi polisi bagi diri sendiri maka kesepakatan tetap akan ditaati meski tak ada lagi kontrol dari sesama. Di sini tercapai apa yang dinamakan kesadaran. Warga tidak menebang hutan karena sadar, bukan lagi karena takut.
Kesadaran akan pentingnya hutan bagi kehidupan manusia hanya mungkin lahir dari proses pendidikan yang terus-menerus dan intensif. Bagi masyarakat Liang Dara, peran Yakines menjadi penting. Yayasan ini memberikan pendidikan nonformal melalui pendampingan yang terus-menerus, tidak hanya agar masyarakat tidak masuk hutan, tetapi juga agar masyarakat tahu apa yang bisa dilakukan tanpa harus masuk hutan. Warga digerakkan untuk menanam ubi kayu unggulan lokal dan tanaman pangan lokal, selain padi dan jagung. Ini sudah berjalan bagus selama 5 tahun terakhir.
Kita berharap pendampingan Yakines berlanjut sampai sukses.
“Bentara” FLORES POS, Selasa 27 Februari 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar