21 Februari 2009

Wahai Imam, Bersaksilah!

Oleh Frans Anggal

Road show perdamaian pada momentum peringatan Hari HAM Sedunia di Ende 10 Desember ditandai dengan tampil berorasinya tokoh-tokoh agama.. Hari istimewa ini diperingati pula oleh Gereja Katolik setempat. Misa dipimpin Uskup Agung Ende Mgr Viventius Sensi Potokota. Uskup menegaskan perlunya upaya dan tekad untuk hidup adil tanpa kekerasan agar martabat manusia bisa menjadi pusat perjuangan.

Di Kabupaten Ende saat ini, peran kenabian para tokoh agama, khususnya para imam Katolik, semakin mencuat dalam ranah kehidupan sosial politik. Wajar, sebab agama dan politik saling terkait dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Yang perlu diperhatikan, meski saling terkait, agama dan politik harus tetap dibedakan.

Di satu pihak, masyarakat agama memiliki kepentingan mendasar agar agama tidak dikotori oleh kepentingan politik, karena bila agama berada dalam dominasi politik, maka agama akan sangat mudah diselewengkan. Akibatnya agama tidak lagi menjadi kekuatan pembebas atas berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan, sebaliknya berkembang menjadi kekuatan yang menindas dan kejam.

Di pihak lain, adalah kewajiban moral agama untuk ikut mengarahkan politik agar tidak berkembang menurut seleranya sendiri yang bisa membahayakan kehidupan. Agar dapat menjalankan peran moral tersebut, agama harus dapat mengatasi politik, bukan terlibat langsung ke dalam politik praktis. Karena bila berada dalam kooptasi politik, agama akan kehilangan kekuatan moralnya yang mampu mengarahkan politik agar tidak berkembang menjadi kekuatan yang menekan kehidupan dan menyimpang dari batas-batas moral dan etika agama, masyarakat, dan hukum.

Jadi, secara moral dan politik, agama berada pada posisi yang benar apabila ia tidak menjadi alat untuk memperebutkan atau mempertahankan status quo kekuasaan. Sebailknya, ia berada pada posisi yang salah dan berbahaya jikalau mengarah kepada politik kekuasaan.

Kita mendukung kebangkitan para imam Katolik di wilayah ini. Dalam kiprah kenabiannya pada ranah sosial politik, dua hal perlu dipikirkan dan disiasati. Pertama, bagaimana agama dapat membentengi diri dari setiap kecenderungan/kekuatan politik yang berkembang di sekitarnya, sehingga ia dapat tetap menjadi kekuatan pembebas dan bukan sebaliknya menjadi yang dibebaskan atau pencipta masalah karena telah terdistorsi oleh kekuatan politik. Kedua, bagaimana agama dapat memainkan peran moral untuk ikut mengarahkan politik agar tidak berkembang menjadi kekuatan yang menyimpang dan menekan kehidupan. Wahai imam, bersaksilah!

"Bentara" FLORES POS, Rabu 12 Desember 2007

Tidak ada komentar: