Oleh Frans Anggal
Daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) untuk NTT 2008 naik 20,88 persen dari Rp6,205 triliun tahun lalu menjadi Rp10,704 triliun pada tahun ini. Kenaikan ini diharapkan memperlancar dan mempercepat gelinding roda pembangunan dalam menyejahterakan masyarakat.
Umumnya, tidak lancarnya pembangunan sering didalihkan pada terbatasnya anggaran. Hal ini bisa dibenarkan sejauh penggunaan anggaran sudah tepat prosedur, tepat waktu, dan tepat sasaran. Yang sering terjadi, sebaliknya. Anggaran dikeluhkan kurang, namun tidak dimanfaatkan optimal sesuai dengan target. Contoh, per 31 Oktober 2007 atau 10 bulan sejak DIPA dibagikan kepada pengguna anggaran, realisasi belanja negara yang terserap baru 67,3 persen dari pagu APBN Perubahan 2007.
Presiden SBY sendiri mengakui, dalam tiga tahun terakhir, daya serap anggaran masih belum optimal, baik dari segi waktu yang cenderung ditunda hingga mendekati penutupan tahun anggaran, maupun dari segi total penggunaan pagu anggaran. Hal tersebut disebabkan banyaknya dokumen penyelenggaraan anggaran yang tidak lengkap dan tidak tepat, bahkan sebelum dilaksanakan ada yang sudah direvisi. "Ini membuat tertundanya pelaksanaan anggaran dan mengurangi kualitas pelaksanaannya. Termasuk pemaksaan kegiatan secara terburu-buru pada akhir tahun."
Selain itu, ada potensi penyimpangan penggunaan anggaran akibat pencairan yang tiba-tiba dilakukan akhir tahun. Potensi itu terutama pada proyek-proyek pembangunan fisik seperti pembangunan gedung pemerintah.
Pencairan anggaran dalam jumlah besar pada akhir tahun juga akan mendorong laju inflasi karena tingginya jumlah uang beredar. Dari sisi pelaksanaan proyek, akan terjadi degradasi kualitas. Jangan kaget jika ada pembangunan jalan yang setahun kemudian rusak atau jembatan yang tiba-tiba ambruk hanya dalam waktu kurang dari setahun. Pembangunan proyek dilakukan asal-asalan karena rnengejar waktu untuk menghabiskan dana sebelum tahun anggaran berakhir. Semakin mepet pencairan dananya akan semakin rendah pula kualitas pengerjaan proyeknya.
Di NTT dan Flores khususnya, sudah menjadi pemandangan umum, hampir semua satuan kerja sangat sibuk di akhir tahun. Masyarakat tahu, para abdi negara ini tengah terburu-terburu menghabiskan anggaran. Malah diduga kuat, semuanya ini sengaja dikondisikan pada akhir tahun agar melalui kegiatan dadakan, anggaran yang belum terpakai bisa digelontorkan sebagiannya masuk kantong.
Kita mendesak ‘taktik kepepat’ ini segera dihentikan. Caranya, pemerintah pusat memberikan hukuman yang jelas dan tegas bagi semua satuan kerja yang tidak disiplin menggunakan anggaran.
"Bentara" FLORES POS, Senin 7 Januari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar