11 Februari 2009

Masalah Kita: Sportivitas

Oleh Frans Anggal

Copa Flores I 2007 telah berakhir. Persando, klub asal Ndona-Ende keluar sebagai juara pertama setelah mengalahkan Bintang Timur asal Flotim pada final Sabtu 11 Agustus. Sebuah akhir yang manis oleh laga dua klub tangguh, didukung ribuan penonton yang selalu antusias sejak pertandingan perdana 9 Juni lalu.

Sebagai pioner, Copa Flores boleh dinilai berhasil. Inilah iven pertama sepak bola akbar di Flores yang diselenggarakan wiraswasta profesional. Inilah iven pertama yang terlama penyelenggaraannya (2 bulan 2 hari). Melibatkan jumlah klub terbanyak (24 klub), minus Manggarai, Manggarai Barat, dan Lembata. Diperkirakan pula mendulang rupiah terbanyak.

Penyelenggaraannya pun aman, khususnya dari sikap para pentonton. Yang masih menjadi cacatan adalah sikap sebagian pemain dan pelatih yang belum menjunjung tinggi sportivitas.

Dari dulu, persepakbolaan kita selalu bermasalah dengan sportivitas. Dari El Tari Memorial Cup hingga Perdafta, itu-itu juga masalahnya.

Dalam olahraga, sportivitas mencakup enam unsur yang merupakan satu kesatuan. Pertama, mematuhi aturan main yang berlaku. Kedua, berkompetisi dengan penuh rasa tanggung jawab. Ketiga, menjunjung tinggi kejujuran, Keempat, menghormati wasit dan ofisial lainnya. Kelima, memperlakukan lawan dengan hormat. Keenam, menerima apa pun hasil pertandingan dengan lapang dada.

Kita perlu bertanya, mengapa sportivitas kita masih rendah. Tentu banyak faktor yang berperan. Namun satu hal yang hakiki, penanaman jiwa sportivitas masih lemah dalam pendidikan kita: di rumah, di sekolah, dan di dalam masyarakat.

Jiwa sportivitas hanya bisa dimiliki kalau disemaikan sejak usia dini. Penanaman nilai pada usia dini lebih mudah dibandingkan pada usia dewasa. Penanaman jiwa sportivitas merupakan bagian dari pengembangan karakter positif seseorang. Yang berjiwa sportivitas tinggi akan lebih mampu menghadapi tantangan kehidupan, lebih mandiri, lebih disiplin, lebih dewasa, serta mampu berpikir terbuka dan objektif terhadap segala permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya jiwa sportivitas yang memasyarakat akan semakin meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri. Efek positifnya tidak hanya akan dirasakan oleh individu, tapi juga oleh lingkungan yang lebih luas.

Kita berharap Copa Flores menjadi salah satu sarana belajar. Jiwa sportivitas yang selama ini kurang disirami kiranya disegarkan oleh penyelenggaraan iven olahraga yang profesional. Kita juga berharap para pemain dan pelatih tidak sekadar mengejar kemenangan dengan mengesampingkan nilai-nilai sportivitas, tetapi juga dan terutama menghargai proses pencapaian prestasi itu sendiri.

“Bentara” FLORES POS, Senin 13 Agustus 2007

Tidak ada komentar: