10 Februari 2009

Optimalkan Posyandu

Oleh Frans Anggal

Sebanyak 24 anak di Desa Sepang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mabar, menderita gizi buruk. Sedangkan 275 berada pada kondisi terancam gizi buruk. Keadaan ini muncul karena warga kekurangan bahan makanan akibat gagal tanam dan gagal penen. Demi mempertahankan hidup, tidak sedikit yang terpaksa makan mbutak atau isi batang gebang.

Laporan gizi buruk ini disampaikan kepala desa. Kemungkinan datanya belum tiba di meja Dinas Kesehatan Mabar sehingga Kepala Dinas IGN Harijaya menepis. Kata Harijaya, tidak terjadi gizi buruk. Yang terhadi hanya kurang gizi, dan untuk mengatasinya pemerintah melakukan pengobatan gratis.

Apa yang dilakukan pemerintah dengan pengobatan gratis patut dihargai. Yang perlu diingat, penanganan gizi buruk dengan pengobatan gratis bukan satu-satunya jalan keluar. Tidak ada jaminan bahwa anak yang sudah diobati secara gratis tidak akan jatuh lagi pada kondisi gizi buruk. Jaminan itu ada hanya kalau cukupnya ketersediaan pangan di rumah dan adanya pengetahuan orangtua tentang masalah gizi. Ini sudah masuk dalam faktor non-kesehatan. Karena itu pula tidak tepat bila masalah gizi buruk hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan.

Banyak faktor yang ikut berperan dalam masalah gizi buruk. Ini mengharuskan penanganannya lebih terintegrasi. Penanganan perlu melibatkan unsur masyarakat dan organisasi setempat, terutama melalui posyandu yang berada pada pos terdepan.

Konsep tentang posyandu juga harus diubah. Keliru apabila masyarakat menganggap posyandu merupakan tanggung jawab tenaga kesehatan saja. Sebab, kader posyandu justru anggota masyarakat biasa yang diberi keterampilan. Penyelanggaraannya pun mudah, murah, dan cepat. Malahan tempat posyandu bisa di rumah warga.

Peran masyarakat akan semakin besar apabila posyandu melibatkan organisasi yang ada, termasuk Karang Taruna, LKMD, dan PKK. Dasar pertimbangannya, organisasi kemasyarakatan mempunyai jaringan yang luas yang memudahkan keberhasilan posyandu.

Untuk mencapai hasil optimal, pengetahuan kader harus selalu diperbarui dengan melakukan penyegaran agar tercapai rasa percaya diri dalam memberikan pelayanan.

Melalui posyandu dan aneka kegiatannya yang optimal, diharapkan masyarakat selalu disadarkan akan pentingnya penimbangan bulanan bagi balita untuk mendeteksi kemungkinan adanya gangguan pertumbuhan yang akan menjadi tanda awal terjadinya masalah gizi. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan baik maka gangguan pertumbuhan dapat diatasi lebih dini sehingga masalah gizi buruk tidak akan muncul. Untuk Mabar, di tengah kelaparan, langkah ini menjadi sangat penting.

“Bentara” FLORES POS, Kamis 1 Maret 2007

Tidak ada komentar: