Oleh Frans Anggal
Baru saja diguncang demo masyarakat yang menolak PP 37/2006, DPRD Manggarai kini punya rancana baru. Saat pengesahan UU Pembentukan Kabupaten Manggarai Timur nanti, kata wakil ketua Cosmas Djalang, semua anggota dewan 40 orang perlu hadir di Jakarta. Ini wujud dukungan penuh terhadap pembentukan kabupaten baru. Ini juga kehadiran terakhir sebelum sebagian lainnya berpisah ke Manggarai Timur. Pernyataan Cosmas didukung anggota dewan yang lain: Blasius Mempong, Eligius Doni, dan Wily Nurdin. Juga disambut positif oleh tokoh masyarakat Manggarai Timur, Paulus Gagu.
Dengan kepekaan akan kemiskinan masyarakat di Manggarai, kita bisa saja tercengang-cengang. Empat puluh anggota dewan ramai-ramai ke Jakarta! Berapa lagi dana yang harus mereka habiskan untuk ini?
Kenapa harus pergi semua? Mengapa tidak diwakili oleh beberapa orang saja? Kelau ke-40 anggota dewan itu tidak hadir, apakah lantas pengesahan UU Manggarai Timur dibatalkan? Kalau tetap bisa disahkan meski mereka tidak hadir, lalu untuk apa ramai-ramai ke Jakarta?
Katanya ini wujud dukungan. Kenapa harus diwujudkan dengan cara seperti ini? Kenapa harus dengan menelan dana sekian banyak? Kenapa tidak memikirkan wujud dukungan lain yang bila perlu tak pakai dana.
Katanya ini merupakan kehadiran yang terakhir sebelum anggota dewan yang lain pindah ke Manggarai Timur. Kenapa untuk berkesempatan bersama terakhir kalinya ini harus di Jakarta? Kenapa harus bikin pesta perpisahan di Jakarta?
Semua pertanyaan retoris ini kita lontarkan untuk menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada satu pun alasan yang kuat, penting, mendesak, dan meyakinkan yang membenarkan semua anggota DPRD Manggarai harus menghadiri pengesahan UU Manggarai Timur di Jakarta. Karena alasan yang rasional tidak ada, maka kita bisa menduga bahwa para anggota dewan sesungguhnya sedang memikirkan bagaimana ‘memakai kesempatan terakhir’. Aji mumpung. Momen pengesahaan UU Manggarai Timur dijadikan dalih untuk pelesir ke ibu kota. Piknik pakai uang rakyat.
Pernyataan Cosmas Djalang dan kawan-kawan (sebagiannya dari Manggarai Timur) sangat mengganggu nurani yang selama ini sudah terganggu dengan PP 37/2006 yang tidak memihak rakyat, yang tidak peka dengan keadaan rakyat. Disayangkan, kalau rencana ramai-ramai ke Jakarta ini lahir dari gagasan dan didukung wakil rakyat dan tokoh Manggarai Timur. Belum apa-apa kok sudah apa-apa. Mau jadi apa Manggarai Timur nanti?
“Bentara” FLORES POS, Kamis 25 Januari 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar