Oleh Frans Anggal
Tim JPIC SVD-OFM dihalang-halangi aparat pemerintah desa dan staf kesbanglinmas saat melakukan pencerahan dan penguatan tolak tambang emas di Kedang, Lembata. Pemerintah sudah ketiadaan argumentasi melawan gerakan masyarakat menolak tambang. Kini mereka menempuh cara preman. Sebelumnya, pemerintah menakut-nakuti masyarakat dengan imbauan berhati-hati pada “pihak ketiga”.
Siapakah pihak ketiga? Apakah mereka JPIC SVD-OFM yang selama ini tegas berpihak pada rakyat yang disewenang-wenangi pemerintah? Kalau mereka yang dimaksudkan maka mereka justru pihak yang sangat dibutuhkan saat ini, tidak hanya di Lembata tetapi juga di mana pun masalah mendasar sedang mengancam kehidupan manusia.
Paul Ekins (1992) menyebutkan empat masalah mendasar dunia saat ini, yaitu industri militer termasuk di dalamnya reaktor nuklir, tragedi kemiskinan (holocaust of poverty), krisis lingkungan, dan pengingkaran atas hak-hak asasi manusia. Dua hal terakhir kini menimpa masyakat pemilik lokasi tambang emas di Lembata. Mereka membutuhkan keberpihakan Gereja. JPIC SVD-OFM terpanggil melakukan pencerahan dan penguatan untuk menjawabi kebutuhan itu, dan secara tidak disengaja sebenarnya juga sedang menyelamatkan muka Gereja yang sebelumnya tidak jelas bersikap dan cenderung sebahasa dengan penguasa.
Pengalaman pada sejumlah masyatakat, peran Gereja dalam hal-hal demikian ternyata memberikan perubahan yang cukup signifikan bagi nasib masyarakat banyak, terutama masyarakat miskin, dengan serta merta menghindari pertumpahan darah dan kekejaman serta kebencian antar-sesama yang berlebihan. Teologi pembebasan di Brazil Amerika Latin dan Anti-Aparthead di Afrika Selatan adalah dua contoh amat menonjol hingga saat ini, sejauh berbicara tentang kepedulian agama atas nasib rakyat miskin dan diskriminasi akut, dan kemudian mengubahnya secara struktural. Ia tidak memulai dari revolusi fisik, melainkan mengawalinya dengan niat dan cara berpikir. Untuk kemudian merambah ke penafsiran atas keyakinan masyarakat dan bahkan keyakinan agama tentang berbagai persoalan dasar kemanusiaan dalam masyarakat itu sendiri. Kalau pun ada revolusi, itu merupakan akhir dari sebuah bisul yang sudah seharusnya meletus, tetapi setelah melewati proses begitu panjang dengan penderitaan yang sangat serta korban kemanusiaan yang juga tidak sedikit.
Dari sisi tilik ini JPIC SVD-OFM sudah berada pada posisi yang tepat. Semestinya Gereja lokal bersikap dan berjuang seperti itu. Tegas bersikap dalam setiap tragedi kemiskinan, krisis lingkungan, dan pengingkaran atas hak-hak asasi manusia. Jangan menjadi Gereja yang suam-suam kuku, apalagi Gereja yang cuci tangan.
"Bentara" FLORES POS, Rabu 14 November 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar