16 Februari 2009

Tidak Sekadar Adipura

Oleh Frans Anggal

Di Manggarai Timur, kawasan hutan digunduli untuk dijadikan lahan pertanian. Di Ngada, sebaliknya. Siswa Seminari Mataloko menghijaukan pantai Lengkosambi dengan pohon waru. Sementara di Sikka muncul rencana pemerintah menjadikan kali mati Wairklau sebagai kawasan hutan kota (urban forestry).

Baik di Manggarai Timur maupun di Ngada, kawasan yang menyedot perhatian itu berada jauh dari ibu kota kabupaten. Sedangkan di Sikka, yang hendak dihijaukan adalah lingkungan kota, khususnya bantaran sebuah kali mati.

Sikka punya ambisi menjadikan Maumere ibu kota yang bersih dan sejuk. Maumere yang sering ditimpa banjir sampah kini dibenahi agar bisa memenangkan Adipura tahun 2008, penghargaan di bidang lingkungan hidup. Adipura menjadi pemicu gerakan dengan sasaran lebih jauh yakni lahirnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kota yang bersih dan hijau. Mengapa kesadaran ini penting?

Setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton oksigen ke atmosfer, serta menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2 yang diembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama. Setiap pohon yang ditanam mempunyai kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata 5 pendingin udara (AC) yang dioperasikan 20 jam terus-menerus setiap harinya. Setiap 93 m2 pepohonan mampu menyerap kebisingan suara sebesar 8 desibel, dan setiap 1 ha pepohonan mampu menetralkan CO2 yang dikeluarkan 20 kendaraan.

Jadi, betapa pentingnya peranan tumbuhan di bumi ini dalam menangani krisis lingkungan terutama di perkotaan. Karena itu pula, sangat tepat jika keberadaan tumbuhan mendapat perhatian serius dalam pelaksanaan penghijauan perkotaan sebagai unsur hutan kota. Inilah yang hendaknya menjadi tujuan jangka panjang—jadi, tidak sekadar untuk mendapatkan Adipura.

Demi tujuan yang jauh ke depan, penghijauan hendakanya dilakukan secara konseptual. Dari berbagai pengamatan dan penelitian, ada kecenderungan bahwa pelaksanaan penghijauan belum konseptual, malah terkesan asal jadi. Memilih jenis tanaman dengan alasan mudah diperoleh, murah harganya, dan cepat tumbuh.

Kita berharap gerakan di Sikka tidak terperosok dalam kesalahan seperti ini. Kita perlu mengingatkannya, sebab Adipura bisa saja dijadikan sekadar komoditas politik, yang diarahkan pada kepentingan politik sesaat seraya mengabaikan masa depan Maumere yang mesti diubah dari kota debu, kerontang, dan penuh sampah menjadi kota sejuk dan bersih.

"Bentara" FLORES POS, Sabtu 10 November 2007

Tidak ada komentar: