Oleh Frans Anggal
Lambata merupakan kabupaten yang paling bermasalah dengan BBM dibandingkan dengan kabupaten lain di Pulau Flores. Harga BBM di kabupaten pulau itu selalu lebih mahal. Penyebabnya, hingga usianya yang keenam tahun 2007, Lembata belum punya Depot Petamina. Distribusi BBM masih melalui agen, namanya Agen Penyalur Minyak Solar dan Penyalur Minyak Tanah (APMS). Karena mahalnya transportasi, agen menjual BBM dengan harga di atas standar. Premium yang Rp4.500 per liter dijual Rp4.850. Pada pengecer sudah jadi Rp5.000 sampai Rp6.000. Itu kalau kondisi normal. Dalam kondisi tidak normal, harga pengecer Rp10.000 sampai Rp20.000 per liter.
Pemkab Lembata telah berpikir mendirikan satu depot mini. Sudah lobi ke Pertamina Pusat, namun tidak ditanggapi. Awal 2006, pemkab masuk melalui Badan Pengelola Hilir (BPH) Minyak dan Gas (Migas). Hasilnya, BPH Migas berhasil meyakinkan Pertamina untuk bersama Pemkab Lembata membangun tempat penumpukan BBM. Kerja sama itu dikenal dengan sebutan jober (join bersama). Tahun ini jober mulai dibangun, selesai 2009. Tempatnya di lokasi eks pelabuhan feri Lewoleba, bersebelahan langsung dengan Pelabuhan Lewoleba.
Usaha pemkab ini patut dihargai. Ini bukti adanya komitmen memperhatikan kebutuhan masyarakat. Yang menjadi soal, bukan hadirnya jober tapi lokasinya yang dekat dengan pelabuhan laut. Sangat riskan dari segi keamanan. Tempat penumpukan BBM semestinya jauh dari keramaian.
Tentang ini, Ende punya pengalaman yang patut dipelajari. Depot Pertamina-nya bersebelahan langsung dengan Pelabuhan Ipi. Ketika KM Nusa Damai tenggelam di kolam labuh dermaga Ipi, kekhawatiran menjadi berlipat-lipat. Bagaimana kalau bangkai kapal itu tergeser oleh gelombang dan membentur tiang dermaga Depot Pertamina. Bukankah malapateka menjadi lebih besar? Sampai sekarang memang tidak terjadi apa-apa karena bangkai kapal sudah ditambat pada dermaga Ipi. Namun keleluasaan sebuah dermaga memang menjadi terbatas. Di sisi lain kehati-hatian dan pengamanan justru berlipat ganda, hal yang hingga kini menjamin tidak saja kemanan Depot Pertamina tapi juga pelabuhan Ipi itu sendiri.
Jober di Lembata yang bersebelahan langsung dengan Pelabuhan Lewoleba akan menjadi seperti Depot Pertamina dekat Pelabuhan Ipi Ende. Risiko yang tidak diinginkan bisa saja terjadi kapan saja. Karena itulah sedari sekarang mesti dipersiapakn segala bentuk antisipasi. Kalau dari hasil survei, lokasi itulah yang paling tepat maka tak ada pilihan lain, baik jober maupun Pelabuhan Lewoleba harus memiliki sistem pengamanan yang andal. Ini sudah menjadi risiko dari sebuah pilihan.
“Tajuk” DIAN, Minggu 21 Januari 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar