11 Februari 2009

Kisah Pilu dari Serise

Oleh Frans Anggal

Gangguan kesehatan akibat dampak petambangan tak hanya dikeluhkan warga Buyat. Kisah serupa kini dialami warga kampung Serise, Desa Satar Punda, Kecamatan Lambaleda, Kabupaten Manggarai Timur, yang hidup di sekitar lokasi tambang mangan milik PT Arumbai Mangan Bekti.

Ketika Arumbai mulai beroperasi 1997, warga berharap kehidupan mereka menjadi semakin sejahtera. Yang terjadi, sebaliknya. Warga mengeluhkan cemaran debu dan limbah tambang. Pembongkaran lahan dengan dinamit untuk mendapatkan mangan telah menyebabkan rusaknya lingko atau tanah ulayat.

Saat ini para ibu semakin sulit mendapatkan air bersih. Sumur telah tercemar, khususnya di saat perusahaan melakukan prosesing dan menumpuk lumpur sisa. Ketika hujan turun, sisa ini terbawa banjir dan masuk lahan dan sumur warga. Masalah juga datang pada musim kemarau. Debu mangan masuk rumah, mengotori perabot rumah dan peralatan dapur. Hal yang sama terjadi pada tanaman warga. Makanan juga tak luput dari cemaran debu.

Kini anak-anak tak leluasa lagi bermain di luar rumah. Badan mereka menjadi hitam jika tidak memakai baju. Jika mereka berangkat sekolah ke kampung Luwuk dan harus melewati lokasi pusat prosesing mangan, baju seragam mereka menjadi kotor.

Warga merasakan, gangguan kesehatan terjadi setelah pertambangan mangan beroperasi di kawasan tersebut. Mereka menduga, sakit yang mereka derita adalah akibat dari pencemaran udara dan limbah pengolahan mangan. Umumnya mereka mengeluhkan gangguan pernapasan hingga batuk berdarah.

Gangguan kesehatan tak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Ada anak-anak yang sering menderita sakit dada dan sesak napas di malam hari, menderita batuk dahak bercampur darah. Balita pun tak luput dari gangguan kesehatan. Menyedihkan, warga miskin ini tidak pernah mendapat pengobatan gratis. Tidak ada puskesmas pembantu di sana.

Sudah berkali-kali warga mengeluhkan masalah ini kepada pihak manajemen perusahaan, tetapi tidak dihiraukan. Kalau mereka sampai datang berdemo ke Ruteng, itu karena mereka tak punya pilihan lain lagi. Pemkab Manggarai harus segera bertindak.

Wabup Kamelus Deno menjanjikan langkah darurat pengobatan dan segera membentuk tim khusus untuk melakukan pengkajian. Langkah ini tepat. Kita berharap tim bekerja cermat, objektif, dan tidak mudah disogok. Jangan gegabah seperti pernyataan seorang pejabat pada sebuah koran lokal Februari lalu bahwa PT Arumbai Mangan Bekti selalu berusaha memenuhi dan memperhatikan kebutuhan warga sekitar pertambangan. Omong kosong. Pernyataan gegabah karena pesan sponsor selalu menyakitkan masyarakat.

“Bentara” FLORES POS, Jumat 10 Agustus 2007

Tidak ada komentar: