Oleh Frans Anggal
''Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Lanjutkan Pembangunan Ekonomi Menuju Peningkatan Kesejahteraan Rakyat serta Kita Perkuat Ketahanan Nasional Menghadapi Tantangan Global.'' Itulah tema perayaan HUT ke-63 proklamasi kemerdekaan RI tahun ini.
Dibandingkan dengan sebelumnya, ada sesuatu yang baru dalam tema tahun ini. Yaitu, frasa “Menghadapi Tantangan Global”. Yang baru ini juga menarik, menarik untuk disimak. “Menghadapi Tantangan Global” menyiratkan sikap dasar kita terhadap globalisasi. Bahwa, globalisasi mengancam kita, sehingga perlu dihadapi sebagai tantangan. Globalisasi lebih dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
Globalisasi adalah proses penciptaan dan pengintegrasian ekonomi global di bawah hegemoni kapitalis. Semangatnya adalah perdagangan bebas untuk barang dan jasa, kebebasan sirkulasi kapital, serta kebebasan investasi. Proses ini kemudian merambah ke bidang-bidang lain sehingga globalisasi menjadi proses transformasi global yang makin nyata di pelbagai bidang kehidupan.
Sebagai proses pengintegrasian kehidupan, globalisasi merupakan keniscayaan yang tidak bisa ditolak oleh bangsa mana pun. Kita harus hidup di dalam dan dengan globalisasi itu. Karena itu, semestinya globalisasi dipandang sebagai peluang, tidak hanya sebagai tantangan.
Globalisasi memberikan kesempatan yang sama kepada siapa pun untuk bermain dalam dunia global. Memang, kita mesti berhati-hati dan harus menghindari serta menentang hal yang merugikan jati diri kita. Tetapi, kita tidak bisa lagi menganggap globalisasi serbanegatif.
Bagi kita, memanfaatkan peluang globalisasi memang sulit karena potensi dan start kita kalah dari negara lain. Namun, beberapa negara membuktikan peluang itu bisa dimanfaatkan untuk memperkuat jati diri, meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Tiongkok dan India, misalnya, sebelumnya bersikap negatif terhadap globalisasi. Setelah mengubah sikap dasarnya, mereka bangkit dan menjadi motor penggerak produksi dunia.
Untuk bisa berhasil hidup dalam globalisasi, seluruh energi bangsa mesti dipadukan dan didayagunakan guna meningkatkan daya saing internasional. Energi bangsa itu akan mudah dipadukan kalau secara kualitatif kehidupan seluruh masyarakat meningkat, seperti halnya yang terjadi di Tiongkok dan India. Misalnya, yang miskin dan menganggur terus-menerus berkurang.
Kalau Tiongkok dan India bisa, kenapa kita tidak? Kita mesti optimsitis. Globalissi harus dimanfaatkan sebagai peluang. Dan karena itu, tema HUT proklamasi tahun ini semestinya diganti. “Menghadapi Tantangan Global” harus diganti menjadi “Memanfaatkan Peluang Global”.
"Bentara" FLORES POS, Selasa 19 Agustus 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar