23 Maret 2009

Memilih Bupati Nagekeo

Oleh Frans Anggal

Senin, 11 Agustus 2008, rakyat Nagekeo berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara, memilih bupati dan wakil bupati definitif. Ini pilkada langsung pertama untuk daerah baru mekaran dari Kabupaten Ngada itu.

Sebagaimana pada semua daerah di Indonesia, pilkada Nagekeo merupakan juga bagian dari proses lanjut pelembagaan demokrasi di negeri ini. Sebab, demokrasi di tingkat lokal merupakan fondasi penting bagi bangunan demokrasi di tingkat nasional. Selain itu, pilkada langsung juga merupakan upaya memperbaiki kualitas demokrasi di tingkat nasional.

Bagi daerah sendiri, pilkada langsung di tingkat daerah merupakan hal yang pokok bagi sehatnya demokrasi di daerah. Pemilu lokal ini bisa berfungsi sebagai mekanisme di mana para pemilih bisa meminta partanggungjawaban para pemimpin di daerah. Juga, berfungsi sebagai saluran bagi partisipasi politik masyarakat biasa terhadap masalah-masalah yang ada di daerah. Selain itu, pilkada langsung dimaksudkan untuk mengurangi ‘pembajakan kekuasaan’ oleh para elite politik.

Bagi Nagekeo sebagai sebuah daerah baru, pilkada langsung yang pertama kali ini sangatlah penting dan strategis. Pilkada ini menjadi peletak dasar bangunan Nagekeo masa depan, tidak hanya lima tahun mendatang. Kukuh atau lemahnya dasar bangunan itu sangat tergantung dari siapa yang menjadi bupati dan wakil bupati definitif. Siapa orangnya adalah siapa pun yang keluar sebagai pemenang pilkada. Yang menjadi penentu dalam hal ini adalah rakyat Nagekeo sendiri. Merekalah yang memilih pemimpinnya, sekaligus menentukan masa depan kabupatennya.

Sebagai penentu masa depan daerahnya sedniri, kita berharap rakyat Nagekeo benar-benar menjadi voter, bukan sekadar suporter. Kita berharap mereka menjadi “pemilih sejati”. Yaitu, pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab, bukan “pemilih semu” yang asal-asalan.

Nagekeo daerah baru. Daerah yang tertinggal jauh dari daerah lain. Namun daerah ini memiliki banyak potensi yang menjanjikan. Kondisi seperti ini membutuhkan pemimpin yang tidak boleh salah-salah. Bupati Nagekeo tidak cukup hanya cerdas. Ia juga harus seorang pekerja keras. Kerja keras membutuhkan energi. Dan energi sangat erat terkait dengan usia dan kesehatan. Nagekeo membutuhkan orang dari kalangan yang relatif masih muda.

Selain pekerja keras, pemimpin daerah baru yang tertinggal ini harus juga seorang pekerja yang bermoral baik. Moralitasnya mesti terpancar bagus, baik dalam kehidupan politik, kemasyarakatan, dan agama, maupun dalam kehidupan berkeluarga. Kehidupan susilanya tidak boleh menjadi batu sandungan bagi orang lain.

"Bentara" FLORES POS, Sabtu 9 Agustus 2008

Tidak ada komentar: