21 Maret 2009

TULUS-GAUL Dibutuhkan

Oleh Frans Anggal

Menurut hasil penghitungan sementara KPUD NTT, FREN unggul atas TULUS dan GAUL. Hasil sementara ini sejalan dengan hasil final ‘penghitungan cepat’ (quick count) yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan Jaringan Isu Publik (JIP). Dari pengalaman beberapa pilkada di Indonesia, quick count LSI memiliki tingkat akurasi tinggi. Akurasi yang sama diyakini terjadi pula pada pilgub NTT. Artinya, sudah bisa diduga, meski belum ditetapkan: FREN menang. Frans Lebu Raya – Esthon Foenay akan memimpin NTT lima tahun ke depan.

Yang boleh menjadi gubernur dan wakil gubenur hanya satu paket. Kali ini FREN, yang diusung PDI Perjuangan. Meski demikian, TULUS dari Partai Golkar dan GAUL dari koalisi parpol tetap dibutuhkan NTT. Keduanya diharakan tetap memainkan peran sesuai dengan porsinya. Peran suport dan kritik.

FREN patut disuport bila terbukti benar-benar menggunakan kekuasaan untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat. Sebaliknya, harus kritik, jika mulai melupakan rakyat. Tanpa harus dilembagakan menjadi oposisi, TULUS, GAUL, dan parpol pengusung perlu memainkan peran ini. Bukan karena faktor FREN-nya, tapi karena faktor psikologi kekuasaan itu sendiri.

Kekuasaan perlu dikontrol karena dari sononya kekuasaan berpeluang bahkan cenderung disalahgunakan. Kita tidak perlu membaca Machiavelli untuk memahami hal ini. Realisme politik elementer menunjukkan, kecenderungan penguasa untuk memperluas kekuasaannya serta menyelewengkan penggunaan kekuasaan itu berkali-kali lebih besar daripada kemampuannya untuk mengawasi dirinya sendiri. Entah berada di tangan FREN, TULUS, atau GAUL, kecenderungan itu sama saja. Ini psikologi kekuasaan yang sudah tetap dalam sejarah. Yang bisa berbeda dari satu penguasa ke penguasa lain hanyalah cara penyelewengan dilakukan, sedangkan kecenderungan menyeleweng sama di mana-mana.

Karena memang dibutuhkan, kita mengharapkan TULUS dan GAUL menjadi semacam advocatus diaboli atau devil's advocate yang memainkan peranan setan yang menyelamatkan kita justru dengan mengganggu kita terus-menerus. Dalam peran tersebut, TULUS dan GAUL berkewajiban mengemukakan titik-titik lemah dari kebijakan FREN, sehingga apabila kebijakan itu diterapkan, segala hal yang dapat merupakan efek sampingan yang merugikan sudah lebih dahulu ditekan sampai minimal.

Kontrol seperti ini hanya efektif kalau FREN sendiri terbuka terhadap kritik. Delapan Program yang ditawarkan FREN, betapapun dianggap lengkap, bukanlah sesuatu yang sempurna, terutama dalam penerapannya nanti. Kritik tetap diperlukan bagi penyempurnaannya. Untuk itulah, TULUS dan GAUL tetap kita butuhkan.

"Bentara" FLORES POS, Selasa 17 Juni 2008

Tidak ada komentar: