Oleh Frans Anggal
Sebanyak 49 rumah di Puunaka, Ende, dihantam gelombang. Ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Warga terpaksa mengungsi mencari tempat yang lebih aman. Sedangkan di Sikka, 24 rumah warga Bangboler tergenang air laut akibat gelombang pasang. Ratusan warga pun harus mengungsi.
Seperti dinyatakan BMG, perairan Indonesia terkena dampak badai tropis Nicholas yang terbentuk di sebelah barat laut Australia. Badai Nicholas menyebabkan gelombang laut mencapai 3-6 meter. Gelombang laut tertinggi sudah diramalkan terjadi di wilayah Laut Natuna, Laut Jawa bagian timur, Laut Bali, dan Laut Flores. Gelombang 6 meter terjadi di selatan Pulau Rote dan Sumba. Sedangkan di Laut Sawu gelombang mencapai 5 meter, dan kecepatan angin mencapai 80 kilometer/jam.
Selain menghentikan seluruh armada pelayaran di NTT yang mengakibatkan penumpukan truk pengangkut sembako di pelabuhan penyeberangan, badai Nicholas memorak-porandakan permukiman masyarakat pesisir, sebagaimana yang terjadi di Ende dan Sikka.
Di perairan Indonesia, badai ganas selalu bisa terulang. Pekan sebelumnya, perairan kita diterjang badai tropis Hondo. Entah badai apalagi yang akan menyusul setelah Nicholas. Menghadapi gejala alam ini, sudah saatnya dibangun sistem peringatan dini dalam pengertian sederhana saja. Ramalan BMG perlu disiarkan secara luas kepada masyarakat pesisir. Badan infokom dan kesbanglinmas perlu meneruskan informasi BMG hingga ke tingkat RT/RW. Dengan cara ini masyarakat lebih disiagakan.
Langkah lebih jauh, perlu kebijakan pengelolaan alam dan lingkungan pesisir. Beberapa alternatif bisa diterapkan agar permukiman di pantai dapat dilindungi. Idealnya, permukiman pesisir dibangun minimum 20 meter di atas permukaan laut, atau lebih bagus jika berada di balik perbukitan. Model perkampungan yang ideal adalah yang berpola berderet rapi, sejajar dengan garis pantai. Model ini bisa mencegah turbulensi air laut saat gelombang datang.
Yang menjadi soal kalau masyarakat sudah terlanjur bermukim di tempat yang tidak aman dan tidak mungkin direlokasi. Di sini pemerintah perlu turun tangan lebih jauh. Kawasan permukiman seperti ini hendaknya segera ditata agar lebih aman. Langkah yang sederhana adalah menghijaukan garis pantai dengan bakau atau tanaman lainnya seperti nipah, waru, dan kelapa. Bakau efektif untuk menahan/memecah gelombang. Akan lebih efektif kalau bibir pantai ditumpuk pula dengan tetrapot atau bebatuan pemecah gelombang. Pengalaman membuktikan, lebatnya bakau bisa memperkecil risiko.
Sudah saatnya masyarakat pesisir disadarkan dan digerakkan untuk menghijaukan pantai mereka. Pemkab perlu menyiapkan dana.
"Bentara" FLORES POS, Jumat 22 Februari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar