Oleh Frans Anggal
Sebanyak 10 drainase di Kota Maumere rusak. Saat hujan turun, air meluap dan menggenangi jalan dan perumahan warga. Drainase yang buruk tidak hanya menimbulkan banjir tapi juga menebarkan penyakit. Drainase seperti ini menjadi sarang nyamuk, kata Pater Klaus Nauman SVD, pemerhati masalah lingkungan.
Buruknya sistem drainase kota tidak hanya menjadi keluhan warga Maumere. Keluhan yang sama muncul di kota-kota lain di Flores dan Lembata. Di Ende, saat hujan deras mengguyur, beberapa ruas jalan menjadi kolam. Saat hujan pertama turun, got-got mampat, sampah berserakan ke badan jalan. Hujan pertama selalu membongkar segala yang tersembunyi. Cerita pun berulang: ‘dunia atas’ kota tak seindah ‘dunia bawah’-nya yang mengeluarkan sampah saat hujan dan menebarkan bau busuk saat kemarau.
Masyarakat tentu ikut bertanggung jawab. Fasilitas publik belum dianggap sebagai milik bersama yang harus dijaga dan dirawat. Got masih diperlakukan sebagai tempat sampah umum. Mengubah kebiasaan buruk ini membutuhkan upaya penyadaran yang sungguh-sungguh dan terus-menerus. Lembaga pendidikan formal (sekolah), informal (keluarga), non-formal (masyarakat) semestinya menjadi tempat persemaian dan pemekaran budaya bersih dan sehat.
Menganggap semuanya menjadi tanggung jawab masyarakat saja tentu tidak benar pula. Pemerintah semestinya lebih bertanggung jawab. Pemerintahlah yang mengemban fungsi-fungsi pelayanan publik. Pemerintah pula yang membuat aturan serta menentukan dan menggunakan anggaran publik. Sayangnya, fungsi pelayanan publik ini menurun sedikit demi sedikit. Perlahan tapi pasti, semuanya seakan-akan diserahkan kepada masyarakat. Pemerintah seolah kian tak bertenaga dan tak berdaya. Sementara itu pajak dan berbagai retribusi tetap saja dipungut dari masyarakat, bahkan kian bervariasi jenisnya. Masyarakat semakin terbebani, sudah membayar, menanggung pula kerusakannya.
Di mata pemerintah, drainase kota tampaknya belum menjadi infrastruktur vital. Dalam hal yang satu ini, pemerintah kolonial Belanda jauh lebih baik dan lebih bertanggung jawab. Dalam merancang kota, penguasa kolonial sangat memperhatikan ‘dunia bawah’. Sebaliknya pada pemerintah kita saat ini. Pembangunan kota hanya diarahkan pada ‘dunia atas’: pelebaran jalan raya, pembuatan taman, dan berbagai infrastruktur pendukung lainnya yang kelihatan dan mengenakkan mata saja. Padahal, ‘dunia bawah’ turut menentukan keberlangsungan hidup bersama. Karena hanya mengurus moleknya ‘dunia atas’, mutu lingkungan hidup dan sanitasi perkotaan menjadi semakin buruk. Bau busuk saat kemarau, banjir dan sampah saat hujan. Aneka penyakit pun datang mengintip.
Sudah saatnya pemerintah segera memperhatikan ‘dunia bawah’.
"Bentara" FLORES POS, Sabtu 23 Februari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar