12 Maret 2009

Pastor Provokatur?

Oleh Frans Anggal

Wakil Bupati Lembata Andreas Nula Liliweri menuduh para pastor, yang memihak masyarakat tolak tambang emas, sebagai provokatur. Tuduhan itu ia lontarkan setelah membaca opini Pater Steph Tupeng Witin SVD yang dimuat harian ini. Pater Stef menanggap bahwa tudingan Wabup Liliweri dengan jelas menunjukkan ia sama sekali tidak memiliki opsi untuk rakyat kecil. “Rakyat akan tahu dengan jelas siapa yang sungguh-sungguh memihak mereka.”

Tanggapan singkat tapi mengena. Opsi untuk rakyat kecil itulah dasar mengapa para pastor “turun gunung” berjuang bersama masyarakat. Dalam konteks tambang emas Lembata, rakyat kecil adalah masyarakat pemilik tanah komunal yang sudah pasti akan dimiskinkan oleh pertambangan.

Gereja selalu menyebut kemiskinan sebagai kemiskinan struktural. Artinya, orang miskin bukan karena nasib, takdir, atau kemalasan, tapi karena dimiskinan oleh negara atau korporatokrasi (penguasa ekonomi dan politik). Orang miskin kehilangan akses sosial, politik, dan ekonomi karena hak-haknya direnggut. Seluruh daya, karsa, dan cipta mereka mati seketika saat akses-akses itu tertutup. Proses itulah yang sesungguhnya sedang terjadi di Lembata ketika eksekutif dan legislatif ‘tergila-gila’ oleh kemilau emas.

Gereja memberikan perhatian sangat besar kepada orang-orang seperti ini. Perhatian dan keterlibatan Gereja diungkapkan dalam konstitusi pastoral Gaudium et Spes. Ditegaskan: kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan kaum miskin dan orang-orang yang menderita merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan Gereja juga. Jelas sekali, opsi (sikap pilihan) Gereja mendahulukan kaum miskin.

Dalam pledoinya di PN Larantuka 13 November 2003---dua hari sebelum putusan pengadilan yang berbuntut aksi massa---, Romo Frans Amanue Pr menjelaskan motivasinya mengungkap dugaan korupsi Bupati Flotim Felix Fernandez dan kroninya.

Ia menyatakan, sebagai seorang imam Katolik yang telah memilih jalan hidup melayani Tuhan dan manusia, baginya tidak ada pelayanan kepada Allah tanpa kepedulian terhadap manusia. Ia mengutip Paus Yohanes Paulus II: manusia adalah jalan menuju Allah. Kepedulian terhadap manusia tidak lain terungkap dalam kesediaan untuk merasa senasib dengan mereka yang menjadi korban dari berbagai praktik ketidakadilan dan penyelenggaraan kekuasaan yang sewenang-wenang. “Kami, para imam, tidak bisa tinggal diam apabila masih ada orang yang dibungkamkan dalam ketakutan, kalau ada warga masyarakat yang dipangkas haknya, jika para penguasa membodohi rakyatnya. Kami harus berbicara demi kepentingan para korban.”

Kalau begitu, benarkah tuduhan bahwa para pastor itu provokatur?

"Bentara" FLORES POS, Selasa 4 Maret 2008

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalopun benar provokator, pasti utk hal2 baik...semangat tuk para pastor yg pro rakyat, Tuhan besertamu..