20 Maret 2009

Memasuki Masa Tenang

Oleh Frans Anggal

Masa kampanye pilgub NTT sudah berakhir. Selama dua pekan, FREN, GAUL, dan TULUS telah berkeliling dari kabupaten ke kebupaten. Paket-paket ini telah dikenal luas oleh rakyat calon pemilih. Kini NTT memasuki masa tenang yang hanya beberapa hari sebelum memasuki hari-H pemilihan, Sabtu 14 Juni 2008.

Masa tenang, benarkah bikin tenang? Jawabannya ada pada masing-masing kandidat dan tim sukses. Tenang atau gelisah, semuanya bergantung dari apa yang sudah dilakukan dan hasil yang diproyeksikan terjadi pada hari-H. Yang sudah dilakukan selalu bisa diukur. Yang sulit adalah memproyeksikan hasil yang akan diraih. Sebab, rambut boleh sama hitam, tapi hati rakyat siapa yang tahu. Proyeksi hasil semakin menggelisahkan ketika pada masa tenang ini kegiatan dan publikasi hasil jajak pendapat pilkada ikut dilarang.

Yang paling menikmati masa tenang adalah calon pemilih. Mereka telah mendengar banyak dan membaca banyak tentang kandidat dan programnya. Mereka memiliki cukup waktu untuk menimbang dengan lebih cermat pilihannya pada hari-H. Menimbang kandidat adalah juga menimbang kedaulatan diri sebagai rakyat pemilih. Apakah suara hati saya bisa dibeli? Apakah hak pilih saya mudah tergadai? Mampukah saya tetap berdaulat sesudah menerima sogokan? Sanggupkah saya tetap memilih secara bebas sesuai dengan hati nurani meski saya ketiban rezeki saat “serangan fajar”?

Rakyat yang cerdas akan bermain dengan cara halus. Tidak kasar, tidak rakus, dan jauh lebih beradab daripada cara para koruptor. Diberi uang ya terima. Terima uangnya. Soal memilih siapa, itu urusan hati nurani di bilik suara. Uang itu rezeki nomplok, gratis, cuma-cuma. Tidak diminta kok. Karena itu, jangan bebankan hati dan pikiran dengan hal yang tidak-tidak. Dalam bilik suara, pemilih berdaulat penuh. Pilihlah dengan hati nurani.

Rakyat yang cerdas bisa juga bermain dengan cara keras. Kandidat yang memakai politik uang tidak akan ia pilih. Kandidat seperti ini tidak bakal berbuat banyak untuk rakyat, sebaliknya hanya akan menyengsarakan rakyat. Sebab, pada tiga tahun pertama ia akan sibuk mengembalikan utang atas modal kampanye yang dihimpunnya dari para pengusaha. Sedangkan pada dua tahun terakhir ia akan sibuk mempersiapkan diri untuk pilkada berikut. Praktis selama 5 tahun pemerintahannya ia membuat kebijakan-kebijakan yang pro-pemilik modal, sebagai balas jasa. Rakyat dengan sendirinya ia lupakan. Lagi pula, bukankah rakyat sudah kebagian jatah duit saat kampanye? Mereka memilih saya karena saya bayar mereka. Karena sudah saya bayar, saya tak punya hutang budi lagi pada mereka.

Semoga rakyat NTT cerdas memilih. Juga cerdas memaknakan masa tenang sebagai masa peneguhan kedaulatan diri.

"Bentara" FLORES POS, Selasa 10 Juni 2008

Tidak ada komentar: