23 Maret 2009

Memilih dengan Cerdas

Oleh Frans Anggal

Pendaftaran paket peserta pilkada Ende sudah dimulai. Nama paketnya bermacam-macam, di antaranya BERNAS, DAMAI, DIAN, DOA, LENGO-PASE, MAWAR, dan PETANI. Nasib paket pasti bermacam-macam pula. Banyak yang terpanggil, sedikit yang terpilih. Banyak yang terpilih, namun cuma satu yang akan jadi pemenang.

Itu sudah pasti. Yang kita pertanyakan, apakah mutu pilkada Ende akan lebih baik daripada pilkada di banyak daerah lain? Apakah pemilih di daerah ini akan lebih rasional? Jawabannya terletak pada faktor apa yang akan menentukan pilihan mereka.

Dari pengalaman puluhan pilkada, faktor utama dan pertama penentu pilihan adalah figur kandidat (50-60 persen), disusul mesin partai (10-15 persen), kampanye (10 persen), sisanya visi, misi, dan program kandidat.

Dalam masyarakat kita, figur memang masih menjadi hal utama ketimbang isu atau program. Ini dikarenakan oleh budaya politik kita yang masih cenderung patrimonial dengan ikatan primordial yang kental. Ikatan ini ditandai dengan besarnya pengaruh "bapak" terhadap “anak buah” dan kuatnya sentiman kedaerahan, suku, dan agama dalam penentuan pilihan.

Budaya politik masyarakat kita pun masih “pasif”, belum “aktif-partisipatif”. Dalam politik, masyarakat kita memosisikan diri sebagai “penunggu”. Keterlibatan dalam politik hanya pada saat rutinitas lima tahunan, pemilu dan pilkada.

Kondisi seperti ini mudah dimanfaatkan oleh pihak yang berkeinginan menang dalam pemilu atau pilkada. Demi kemenangan, mereka memanfaatkan figur populer sambil memainkan sentimen daerah, suku, dan agama. Isu dan program menjadi nomor dua. Popularitas seseorang menjadi nomor satu. Artis dan selebritis pun dicalonkan dalam pilkada, dan ternyata menang.

Harus kita akui, inilah buah dari demokrasi di tengah masyarakat yang belum rasional. Masyarakat kita belum cerdas dalam memilih pemimpinnya. Pada masyarakat rasional, isu atau program lebih menentukan pilihan ketimbang figur dan popularitas kandidat. Isu atau program merupakan formulasi kebutuhan dan harapan (need and hope) masyarakat. Semestinya ini yang menentukan mengapa pilihan dijatuhkan pada kandidat tertentu dan bukan pada kandidat lain. Isu dan programlah yang kelak digunakan masyarakat untuk mengontrol, menilai, dan menyikapi kinerja si terpilih dalam menjalankan roda pemerintahan.

Kita berharap masyarakat Kabupaten Ende menjadi sedikit cerdas. Jatuhkanlah pilihan pada kandidat yang memiliki kapasitas, kapabilitas, moralitas, dan komitmen yang baik dan kuat akan perubahan, yang tercermin dalam rekam jejaknya selama ini dan dalam isu serta program yang ia tawarkan sekarang ini.

"Bentara" FLORES POS, Kamis 21 Agustus 2008

Tidak ada komentar: