21 Maret 2009

Pramuka Perekat Bangsa

Oleh Frans Anggal

Raimuna Nasonal IX telah dibuka oleh Presiden SBY di Taman Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur. Kegiatan lima tahunan ini berlangsung 27 Juni hingga 7 Juli 2008, melibatkan 12 ribuan orang.

Kata raimuna diambil dari bahasa Ambai, daerah Yapen Waropen, Papua. Kata ini memiliki arti pertemuan ketua suku dalam satu forum yang menghasilkan satu tujuan suci untuk kepentingan bersama.

Raimuna nasional adalah ajang pertemuan anggota Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega se-Indonesia yang bertujuan memupuk persatuan dan kesatuan, persahabatan, persaudaraan, dan perdamaian melalui kegiatan yang bersifat edukatif, inovatif, produktif, kreatif, dan rekreatif.

Raimuna nasional kali ini mengangkat tema “Membangun Kebersamaan dan Semangat Kebangsaan untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia”, dengan semboyan “Bagimu Negeri, Jiwa Raga Kami”. Dengan tema dan semboyan ini, Raimuna Nasional IX 2008 diharapkan akan menghadirkan generasi muda dengan semangat kebangsaan dan nasionalisme tinggi. Ini merupakan langkah nyata dari Gerakan Pramuka sebagai salah satu komponen perekat persatuan bangsa terhadap isu-isu disintegrasi.

Kalau mau jujur, disintegrasi bangsa bukan lagi isu, tapi sudah menjadi gejala. Gejala itu bahkan menghinggapi generasi muda kita.

Mungkin kita merasa “ngeri” dengan istilah “gejala diintegrasi bangsa”. Mari kita menggantikannya dengan istilah lain, “tanda kemunduran bangsa”, seperti digunakan Thomas Lickona.

Thomas Lickona menyebutkan sepuluh tanda kemunduran bangsa. Yaitu, meningkatnya kekerasan di kalangan remaja. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk. Pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan. Meningkatnya perilaku yang merusak diri seperti narkoba, seks bebas, dan alkohol. Kaburnya pedoman moral baik dan buruk. Menurunnya etos kerja. Rendahnya rasa hormat kepada orangtua dan guru. Rendahnya rasa tanggung jawab baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Ketidakjujuran yang telah membudaya. Serta, adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Kalau kita mau jujur, sepuluh tanda ini sudah (mulai) ada pada diri generasi muda kita. Kalau generasi yang adalah penerus bangsa sudah seperti ini, bukankah Indonesia sedang menuju ambang kemunduran, keretakan, keterpecahbelahan, dan ketercerai-beraian? Apa yang dapat kita lakukan?

Banyak jalan. Gerakan Pramuka salah satunya. Program dan kegiatan yang diperkenalkan Baden Powell ini bisa diandalkan sebagai perekat bangsa. Gerakan ini bisa merekatkan keindonesiaan kita. Asalkan didukung. Sayang, masih ada instansi pemerintah yang memandang gerakan ini hanya dengan sebelah mata.

"Bentara" FLORES POS, Sabtu 28 Juni 2008

Tidak ada komentar: