21 Maret 2009

Siapa yang Bikin Resah?

Oleh Frans Anggal

Romo Yosef Gowing Bataona Pr menurunkan opini pada Flores Pos kemarin, “Refleksi di Balik Penyataan Bupati Simon”. Ia menyoroti pernyataan sekelompok orang yang menyebutkan adanya keresahan di kalangan umat beragama di Flotim akibat penyebaran ajaran sesat oleh Bupati Simon Hayon. Konon, kata Bupati Simon, Yesus lahir di Wureh; Mekah ada di Meko, dll.

Romo Yosef tidak menyebutkan nama sekelompok orang itu, meski dari berita sangat jelas mereka adalah tokoh awam dan imam Katolik yang tergabung dalam Forum Dewan Paroki Sekota Larantuka. Kelompok ini menggalang pertemuan, lalu menggerakkan massa ke DPRD, mendesak DPRD menghadirkan Bupati Simon. Mereka mengajukan 7 pernyataan sikap, 5 kesimpulan, dan 8 tuntutan.

Mengutip John Haggai, Romo Yosef menyarankan sebaiknya sekelompok orang itu menggunakan indikator SMART sebelum menetapkan sasaran tindakan. SMART, akronim dari specific (jelas, tertentu), measurable (dapat diukur), attainable (dapat dicapai), realistic (realistis), dan tangible (dapat diwujudkan).

Menurut kita, SMART saja tidak cukup. SMART terlalu pragmatis, hanya menyangkut tujuan dan cara mencapaiannya. Kita perlu memberikan tempat pada etika, yang menuntut agar suatu tindakan harus dapat dibenarkan oleh akal sehat dan diuji oleh kriteria moral. Karena itu, kita menyarankan sekelompok orang itu mendengarkan sejenak Socrates. Filsuf Yunani kuno ini mengemukakan tiga pertanyaan untuk menguji sebuah tindakan.

Pertanyaan pertama: apakah tindakan itu benar dan dapat dibenarkan? Kalau terbukti benar dan dapat dibenarkan, maka muncul pertanyaan kedua: apakah tindakan itu perlu dilakukan atau tidak? Kalau tindakan itu ternyata benar dan perlu, maka pertanyaan ketiga: apakah tindakan itu baik atau tidak untuk dilakukan?

Membawa kasus ajaran sesat Bupati Simon ke DPRD. Benarkah langkah itu? Bukankah itu salah alamat? Kenapa tidak ke uskup? Kalau langkah itu dapat dibenarkan, pertanyaan kita: perlukah? Seberapa besar keresahan di kalangan umat beragama sehingga DPRD dituntut segera menghadirkan Bupati Simon? Mengutip pertanyaan Romo Yosef, sudah berapa banyak umat Katolik yang berbondong-bondong ke Wure karena konon mendengar ucapan bupati bahwa Yesus lahir di Wureh? Atau, seberapa banyak umat Islam yang naik haji ke Meko karena konon kata bupati bahwa Mekah itu ada di Meko? Kalau langkah ke DPRD dinilai benar dan perlu karena gawatnya keresahan di kalangan umat beragama, pertanyaan kita: apakah langkah itu juga baik? Bukankah semakin membikin ruwet persoalan yang sebenarnya mudah diselesaikan?

Ada cara yang benar, yang perlu, dan yang baik, tapi tidak dilakukan. Ada apa? Sekarang, siapa yang bikin resah? Bupati Simon? Atau?

"Bentara" FLORES POS, Senin 30 Juni 2008

Tidak ada komentar: