08 Februari 2009

Kado Flores Pos untuk Anda

Oleh Frans Anggal

Hari ini, 9 September 2006, Flores Pos memasuki usia tujuh tahun. Usia yang cukup untuk bisa belajar tentang banyak hal dan melakukan pembenahan. Tak ada tujuan lain dari pembenahan ini selain memberikan yang terbaik bagi masyarakat pembaca. Kali ini, dengan serba-keterbatasan, Flores Pos memberikan kado yang mudah-mudahan membuat koran ini semakin berkualitas. Dengan menghasilkan berita berkualitas, masyarakat Flores-Lembata akan mendapat informasi berkualitas pula. Dan dengan informasi berkualitas, masyarakat menjadi semakin cerdas dan sejahtera. Itu mimpi dari perubahan ini.

Ada tiga kado kasat mata yang kami kemas jadi satu: tata letak baru, pagar api, dan penulisan byline.

Pekan lalu, harian ini kedatangan tamu istimewa. Georgia Scott, desainer koran dari The New York Times, Amerika Serikat. Kedatangannya difasilitasi Yayasan Pantau Jakarta. Tiga hari lokakarya yang diampu Georgia memberikan banyak bekal berharga bagi para tenaga lay out kami—kami biasa menamakannya tenaga komposing. Hasil dari lokakarya inilah yang kami jadikan kado buat Anda, yakni tata letak baru Flores Pos. Kami tidak mengubah perwajahan koran ini secara drastis karena bisa membuatnya terasing di mata Anda. Untuk tata letak, kami memilih perubahan yang bertahap dan hati-hati.

Bersamaan dengan perubahan tata letak, kami memberlakukan apa yang disebut ‘pagar api’ atau fire wall. Yakni berupa garis tipis untuk memisahkan iklan dan berita. Garis ini adalah tanda yang mencerminkan prinsip antara berita dan iklan harus tegas dipisahkan. Iklan adalah iklan. Berita adalah berita.

Pagar api mengigatkan pembaca bahwa surat kabar ini tidak berisi berita pesanan. Dengan pagar api, wartawan diingatkan mereka tak boleh menulis berita pesanan, dan para redaktur disadarkan bahwa berita mereka bukan berita pesanan terutama karena dana atau kompensasi apa pun dari pemesan. Pagar api juga mengingatkan orang iklan untuk tak boleh ikut campur urusan editorial. Sebaliknya redaktur dan wartawan juga tak usah ikut campur urusan iklan. Pagar ini sebenarnya memudahkan kerja jurnalisme. Pagar api adalah salah satu cerminan filsafat dasar jurnalisme.

Yang juga mendasar dari perubahan yang kami lakukan adalah pemberlakukan penulisan berita byline. Selama ini Flores Pos mencatumkan inisial wartawan pada akhir laporan. Kini inisial dihilangkan. Kami menulis nama lengkap wartawan langsung di bawah judul berita yang mereka tulis, disertai nomor telepon mereka masing-masing. Dasarnya adalah akuntabilitas dan transparansi.

Di Indonesia, kebanyakan suratkabar tak memakai byline. Dampaknya, akuntabilitas wartawan disembunyikan di balik tanggung jawab institusi. Padahal dua hal ini bisa dibedakan. Kalau seorang wartawan diberi byline, maka ia akan lebih bertanggung jawab terhadap isi laporannya karena publik akan tahu siapa wartawan yang bekerja secara relatif konsisten menghasilkan berita-berita yang bermutu. Juga sebaliknya, publik akan tahu wartawan mana yang pernah bikin salah.
Itulah kado kami untuk Anda. Kalau Anda ingin memberikan kado buat kami, kirimkan kritik dan saran Anda. Kirimkan kritik, saran, dan boleh juga pujian buat wartawan kami untuk berita-berita yang mereka tulis. Karena untuk tujuan itulah nomor telepon mereka kami sertakan di bawan nama lengkap mereka.

“Bentara” FLORES POS, Sabtu, 9 September 2006

Tidak ada komentar: